Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/42

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Raden Smarajaya dan Raden Jayasmara mupakat akan mengirim surat yang isinya menantang raja supaya mau berperang. Setelah mendapat tantangan itu raja menjadi marah, lalu menyuruh I Patih memanggil rakyatnya untuk menggempur Raden Mantri. Setelah semua berkumpul, mereka segera menyerang Raden Mantri di pantai. Raden Mantri memanah musuhnya dengan gadung pemberian Dukuh Sakti, sehingga terikatlah semua musuh dan raja sendiri. Sesudah itu Raden Mantri bersama adiknya masuk ke istana, dijumpailah I Limbur sedang duduk di serambi. Kemudian I Limbur ditikam dengan daun alang-alang dan dipotong-potong mayatnya, lalu dilemparkan ke dalam jurang. Datang segerombolan anjing memakan mayat I Limbur sampai habis.

Setelah mati I Limbur, Raden Mantri keluar. Ketika itu raja minta ampun dan minta supaya jiwanya diselamatkan. Oleh karena itu, Raden Mantri melepas tali pengikat raja beserta rakyatnya. Setelah dilepas tali pengikatnya, raja diajak naik ke perahu oleh Raden Mantri. Setibanya di atas perahu, permaisuri dijumpai sedang duduk dengan Raden Galuh. Raja segera memeluk permaisuri, tetapi permaisuri marah dan membentak raja. Raden Mantri berkata kepada raja,

"Daulat Tuanku! Mengapa Tuanku dengan tiba-tiba memeluk wanita ini, siapakah sebenarnya orang itu? inilah wanita yang menjunjung tahi ayam sebesar kukusan, yang hamba beli dari Tuan sendiri." Setelah mendengar ucapan Raden Mantri, raja menangis sambil menceritakan semua hal yang dialami sebelumnya. Beliau menyesal karena telanjur memenuhi keinginan I Limbur. Sebaliknya ·Raden Mantri dan adiknya terharu melihat ayah mereka. Raden Mantri juga menceritakan semua yang dialami sebelumnya sejak dibuang sampai saat terakhir. Setelah itu raja segera memeluk dan menangisi ketiga putranya. Beliau minta maaf kepada putra-putri dan permaisurinya. Permaisuri dan putra-putrinya diajaknya ke istana. Sesudah itu raja menyerahkan tahtanya kepada kedua putranya.

Sekarang tersebut Raden Mantri di negeri Koripan. Pada suatu malam beliau duduk di sebuah balai yang diletakkan di tengah telaga di taman. Ketika itu beliau mendengar sabda, "Anakku Mantri Koripan! Sekarang sudah saatnya kamu akan bertemu dengan jodohmu. Bawalah perahumu sambil menanyakan bakal jo-

36