Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/41

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

lah bunga gadung itu dan bila Tuanku hendak membunuh musuh, pakailah daun alang-alang itu." Setelah berkata demikian I Dukuh Sakti moksa. Setelah I Dukuh pergi, keesokan harinya pagi-pagi buta, Raden Mantri beserta adik-adiknya pergi menuju pantai. Setiba di sana beliau dijemput oleh awak perahu, lalu dinaikkan ke atas perahu. Semua awak perahu hormat terhadap beliau. Beliau pun mulai berlayar dan di mana-mana menanyakan ibunya. Di tiap pelabuhan beliau berhenti hendak membeli seorang wanita kurus yang di kepalanya terdapat tumpukan tahi ayam sebesar kukusan, tetapi tidak ada orang menjualnya.


Pada suatu hari berlabuhlah beliau di pelabuhan negeri Daha. Orang-orang yang kebetulan ada di sana heran menyaksikan perahu emas yang sedang ditambatkan di pantai. Di sana Raden Mantri menyatakan maksudnya hendak membeli seorang wanita kurus yang di atas kepalanya terdapat tahi ayam sebesar kukusan. Berita itu didengar oleh Ni Limbur. I Limbur lalu berkata kepada raja,


Kakanda raja! Katanya, di pantai ada orang yang hendak membeli orang perempuan kurus yang menjunjung tahi ayam sebesar kukusan, jual saja permaisuri, untuk apa membiarkan perempuan macam itu!" Karena sayang kepada I Limbur, baginda menuruti kehendaknya. Raja menyuruh hambanya menjual permaisuri ke pantai, dengan harga berapa pun akan diberikan. Telah bertahun-tahun permaisuri tidak pernah bersantap, sehingga badannya kurus kering dan tidak sadarkan diri, lalu diusung ke pantai. Setiba di pantai permaisuri dibeli oleh Raden Mantri dan dinaikkan ke perahu. Di sana permaisuri dimandikan, diganti kainnya, dipeluk oleh ketiga putranya sambil menangis.


Berdikit-dikit diberi makan bubur oleh putranya, akhirnya beliau sadar dan bersabda, "Tuan, Tuan rela menyelamatkan saya. Sebenarnya lebih baik saya mati daripada hidup sengsara." Setelah mendengar sabda ibunya, Raden Smarajaya dan Raden Jayasmara menerangkan riwayat mereka dari awal sampai akhir. Setelah tahu bahwa yang bercerita itu putranya, maka permaisuri dengan putra-putrinya berpeluk-pelukan dan bertangis-tangisan karena ingat akan kesengsaraan mereka. Permaisuri amat gembira karena berada di tengah-tengah putra-putranya dan karena kesehatan badannya pulih kembali sebagai sediakala.

35