Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/192

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

nang. Setiap hari Kera sakti berjualan dan tetap laris saja Sejak itu Raden Galuh lebih sering mendapat makanan.


Galuh Limbur ingin mencoba nasi kera. sakti, lalu seorang abdi disuruh membelikan. Si abdi segera berangkat. Setiba di tempat kera sakti berjualan, tiba-tiba nasi sudah habis terjual. Kera sakti berkata,


“Tuan, besok saja datang ke sini, nanti saya sediakan!”’ Abdi itu pulang dan melapor kepada Galuh Liku bahwa nasi si kera. telah habis. Keesokan harinya kera sakti bermaksud akan berjualan lagi. Dia memberi tahu Raden Galuh,


‘Ratu Raden Galuh! Galuh Limbur akan membeli nasi hamba. Hamba bermaksud akan memberi dia tum tahi dan satai tahi".


Ya, terserah Bibi!’ jawab Raden Galuh. Kera sakti membuat satai tahi dan tum tahi. Setelah selesai memasak, dia berjualan.


Sekarang datanglah abdi yang telah berjanji membeli nasi. Abdi itu diberi nasi dan lauk. Sesudah itu dia pulang dan membekan nasi itu kepada Galuh Limbur. Kemudian nasi dibuka oleh Galuh Limbur. Galuh Limbur mencicipi daging yang ada pada makanan, lalu tercium bau busuk dan beliau pun muntah-muntah. Karena itu, Galuh Limbur amat marah dan segera memukul kentongan. Banyak rakyat keluar dan Mangkubumi diperintahkan membunuh Raden Galuh. Galuh Limbur menuduh Raden Galuh Anom yang merancang tipu daya itu. Oleh karena itu, rakyat bersiap-siap membawa senjata. Hal itu diketahui oleh kera sakti, lalu dia segera membuat guna-guna pembalik yang dilengkapi dengan lekesan (gulungan sirih kapur). Kemudian ia mendekati para abdi dan berkata dengan manis.


Hai para abdi semua, saya disuruh Raden Galuh memberikan gulungan sirih kapur ini. Sebelum kalian makan gulungan sirih kapur ini, pasti tidak dapat membunuh Raden Galuh”’.


Kemudian gulungan sirih kapur itu diterima dan dimakan bersama-sama. Setelah mereka makan benda itu, lalu berbalik haluan mengeroyok Mangkubumi sampai mati. Menangislah Galuh Limbur setelah Mangkubumi mati. Mayat Mangkubumi dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan untuk dibuatkan upacara kremasi. Diceritakan kera sakti berkata kepada Raden Galuh,


“Oh, Ratu Raden Galuh, sekarang mari kita tinggalkan tempat ini, lebih baik tinggal di hutan! Di sana hamba akan mendiri-


186