Kaca:DASA PANDAWA.pdf/6

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Ringkasan cerita


Kerajaan Hastinapura diperintah oleh 3 orang raja: Drestarasta dengan permaisurinya Dewi Gandari; Sang Pandu dengan istri Dewi Kunti; dan Sang Widura dengan istri Susramawati.

Suatu hari Sang Pandu dengan istrinya yang kedua, yaitu Dewi Madri berburu ke hutan, tak seekor pun binatang buruan yang dijumpai, terkecuali sepasang kijang yang sedang berkasih-kasihan, perujudan Bagawan Kindama. Kijang betina dipanahnya hingga mati. Kijang jantan, yang bertukar rupa menjadi Bagawan Kindama marah, mengutuk Sang Pandu agar mati pula pada saat bersetubuh dengan istrinya. Sang Pandu dan kedua istrinya sangat sedih mendengar berita kutukan itu.

Dewi Gandari yang telah hamil mengajak berlomba, agar siapa pun di antara istri Sang Pandu dan Widura, lebih dulu berputra, dialah yang berhak menjadi raja di Hastinapura.

Sang Pandu yang semula cemas memikirkan tantangan itu, terhibur hatinya karena Dewi Kunti punya mantra yang dapat menurunkan para dewa. Pertama, lahirlah Yudistira, penjelmaan Batara Darma. Mendengar Yudistira lahir, Drestarasta marah dan sedih dan mengeluarkan kandungan Dewi Gandari yang masih berupa darah. Darah itu disimpan dalam seratus buah periuk dan dipuja oleh Resi Bisma. Selanjutnya memuja para dewa yang berturut-turut melahirkan: Sang Bima dari Batara Bayu; Arjuna dari Batara Indra; dan liwat Dewi Madri lahir putra kembar Nakula dan Sahadewa dari Batara Aswim. Bersamaan dengan lahirnya Sang Bima lahir pula seratus putra Dewi Gandari yang disebut Korawa.

Sang Pandu mangkat dalam pelukan Dewi Madri sesuai dengan kutukan Bagawan Kindama. Dewi Madri yang sedang hamil muda ikut mati sebagai bukti kesetiaannya. Sang Pandu dan Dewi Madri rohnya ditaruh di kawah. Kandungan Dewi Madri digugurkan oleh Batara Yama; darah kandungan itu setelah terbuang di sebuah pulau dihidupkan oleh Batara Darma; Bayu, In-


5