Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/19

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

7


antara naskah yang belum dikerjakan, ternyata "Pakang Raras" yang paling populer dalam masyarakat karena sering dijadikan lakon pertunjukan arja dan drama gong. Kepopuleran "Geguritan Pakang Raras" juga dibuktikan oleh pengalaman tim peneliti, yang ternyata mempunyai pengetahuan yang sama bahwa di daerahnya masing-masing geguritan itu lebih populer daripada geguritan yang lain.

Setelah diadakan pemeriksaan dan penilaian berdasarkan tolok ukur naskah geguritan yang mengandung cerita panji dan kepopulerannya dalam masyarakat, pilihan jatuh pada "Geguritan Pakang Raras" (Kirtya, 457/IVd). Menurut keterangan Ketut Lama, ia pernah mengerjakan terjemahan sederhana "Geguritan Pakang Raras." Akan tetapi, tim peneliti tidak berhasil menemukan naskah itu.


2.2 Latar Belakang Sosial Budaya Cerita Panji

Yang akan diuraikan di sini ialah latar belakang sosial budaya yang tercermin dalam "Geguritan Pakang Raras." Oleh karena itu,jelaslah bahwa uraian ini tidak seperti yang dilakukan oleh Rasers yang mencari latar belakang sosial budaya cerita panji dalam masyarakat Jawa (Koentjaraningrat, 1958;375-392 dan Ras, 1973: 14).

Penelitian ini terutama menyoroti pergeseran latar belakang sosial budaya masyarakat yang tercermin dalam cerita Pakang Raras. Zoetmulder (1974:428) dalam uraian tentang pergeseran latar belakang cerita panji yang dibuat di Bali menyatakan bahwa latar belakang sosial budaya cerita panji yang diciptakan di Bali bercorak istana Jawa-Bali.

Apabila teks Pakang Raras dibaca,jelas bahwa tokoh-tokoh cerita dan juga beberapa nama dayang serta hamba istana itu masih menunjukkan identitas Jawa. Akan tetapi, cerita itu dirangkai dalam latar istana dan struktur masyarakat yang sudah bersifat Bali. Hal ini mungkin karena cerita ini digubah pada tahun Saka 1835 (1913 M) sebagaimana ternyata dalam pupuh nomor 357 dalam "Geguritan Pakang Raras."

Latar belakang sosial budaya itu dapat diuraikan sebagai berikut.

Istana (purI) Bali dibagi beberapa bagian, antara lain, jero, merupakan sebuah tempat kediaman raja; bancingah, sebuah tempat yang terletak di luar istana (bait 113 dan 185), pagaluhan, merupakan sebuah tempat tinggal para putri raja (baik 74 dan 75); dan rangki, sebuah tempat yang terletak di pagaluhan (bait 79). Di samping itu, istana raja juga memiliki taman, sebuah tempat untuk berekreasi raja dan keluarganya (bait 112).

Adapun struktur masyarakat di Bali itu hubungan antara raja dan rakyat-