106
tanah bataran masjid,
asal tidak terputus,
tempat bersembayang,
jemaah di dalam masjid,
tak tersebut itu,
matahari pun sudah mulai
tergelincir.
334. Waktu asar baru masuk desa,
di puyung mereka ngungsi,
Adapun si Anak Agung,
segera bersidang.
Punggawa banyak hadir,
tak ada berani menatap,
semua menunduk menekur.
335. Anak Agung berkata keras,
dan memang sangat marah,
hai perbekel semua,
aku tanya kalian sekarang,
mungkin kalian sudah tak setia,
jangan di sembunyikan,
bicara terus terang saja.
336. Jangan ditahan dan jangan malu,
bicara apa adanya,
kalau kalian sudah bosan,
mengabdi kepada Raja,
Penembahan Ratu Lingsir,
ayo beritahukan aku,
Punggawa berhatur lagi.
tana' bataran masjid,
mangda nda'na pegat,
tao' tarik sembayang,
jema'ah le' dalem masjid,
jari nde'na kocap,
galeng jelo kocap malik.
334. Waktu asar trus pada tama desa,
le' Puyung padana ungsi
Anak Agung kocap,
katangkil batrusan,
Punggawa tebeng sinangkil.
pada ndi'ara' cengak,
lapu' nunduk pada tarik.
335. Anak Agung ngandika manikna keras,
serta mula menggah gati,
he prebekel pada,
ku ketuan sida nengka,
sang sida was ngelong
bakti,
nde' da sebo' iya,
polosang pada si' muni.
336. Nda' bejangka kedua
nda'da pada ila'
pesaja si' da muni,
lamun da was suma,
mangawula le' batara,
panembahan Ratu Lingsir,
ngka bada' tiang,
Punggawa belatur tarik.