Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/234: Bina pantaraning révisi

Saking Wikisource
Cihna: Kapastika
Status kacaStatus kaca
-
Kaca sané sampun kauji
+
Kapastika
Daging kaca (antuk katransklusiyang):Daging kaca (antuk katransklusiyang):
Carik 8: Carik 8:
segera kembali ke tempat Me Lutung. Dari kejauhan Sampi Wadak<br>
segera kembali ke tempat Me Lutung. Dari kejauhan Sampi Wadak<br>
telah terlihat oleh Me Lutung.Setelah melihat Sampi Wadak, Me<br>
telah terlihat oleh Me Lutung.Setelah melihat Sampi Wadak, Me<br>
Lutung berhenti bernyanyi. Setibanya di bawah pohon yang di-<br>
Lutung berhenti bernyanyi. Setibanya di bawah pohon yang ditempati oleh I Lutung, dia mendengus-dengus sambil menggosok-<br>
tempati oleh I Lutung, dia mendengus-dengus sambil menggosok-<br>
gosokkan tanduknya.
gosokkan tanduknya.


Carik 20: Carik 19:




“Mengapa kamu berkata tidak karuan. Untuk apa aku me-<br>
“Mengapa kamu berkata tidak karuan. Untuk apa aku menyembunyikan Raden Galuh?”’
nyembunyikan Raden Galuh?”’





Uahan ri tatkala 25 Oktober 2023 19.45

Kaca puniki kavalidasi

Wadak cepat lari ke arah barat. Baru saja Sampi Wadak pergi, Me
Lutung bemyanyi, lagunya seperti tadi.


Telah iauh Sampi Wadak berjalan, melewati beberapa jurang,
tetapi belum juga bertemu dengan Raden Galuh. Kemudian
sadarlah dia bahwa dia diolok-olok oleh Me Lutung. Sampi Wadak
segera kembali ke tempat Me Lutung. Dari kejauhan Sampi Wadak
telah terlihat oleh Me Lutung.Setelah melihat Sampi Wadak, Me
Lutung berhenti bernyanyi. Setibanya di bawah pohon yang ditempati oleh I Lutung, dia mendengus-dengus sambil menggosok-
gosokkan tanduknya.


‘Hai, Lutung! Sekarang aku tahu tipu muslihatmu, kamu telah
memperdaya aku. Kamulah yang menyembunyikan Raden Galuh!
dika kamu tidak mau mengembalikan beliau, akan kutumbangkan
pohon kayu yang kau tempati ini’, ujar Sampi Wadak. I Lutung
menyahut,


“Mengapa kamu berkata tidak karuan. Untuk apa aku menyembunyikan Raden Galuh?”’


“Ah, pasti kamu yang menyembunyikan!”’ Pangkal pohon
itu diseruduk dengan tanduknya hendak ditumbangkan, tetapi
tanduknya terkait pada akal pohon itu. Dia tidak bisa melepaskan
tanduknya dari akar pohon, lalu mengaduh dan akhirnya matilah
Sampi Wadak.


Setelah Sampi Wadak mati, Raden Galuh turun dari pohon,
lalu segera membakar bangkai Sampi Wadak. Abunya dihanyutkan
ke laut, rohnya menjelma menjadi dewa dan bersabda kepada Ra-
den Galuh,


“Anakku Raden Galuh! Jika bukan kamu yang meruwat
Bapak menjadi dewa, tentu aku masih melarat menjadi Sampi
Wadak. Mudah-mudahan Anakku tetap selamat, kelak anakku
akan bertemu dengan saudara sepupumu Mantri Koripan”’. Setelah
bersabda demikian, lantas beliau menghilang.


Sekarang tersebutlah Raden Galuh di tempat Men Lutung,
Setiap hari Men Lutung mencarikan buah-buahan. Semua burung
yang berada di sekitar beliau hormat kepada Raden Galuh. Ada
“yang mengyuguhkan duku, ada yang menyuguhkan jambu, dan
lain-lain. Di sana di tempat tinggal Men Lutung burung-burung itu berkumpul dengan riang gembira, ada yang tertawa, bermain-main, dan ada pula yang menari. Berkatalah | Lutung kepada bu-


228