Kaca:Penjor.pdf/4

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi
PENGANTAR

Ketika kita berhadapan dengan puisi sesungguhnya kita harus siap berhadapan dengan kata-kata terpilih dari seorang penyair. Puisi merupakan akrya sastra yang memanfaatkan kekuatan kata secara selektif. Kata dalam puisi adalah sebuah renungan, sebuah kontemplasi yang memungkinkan makna terwakili dan dimengerti. Oleh karena itu, seorang penyair pasti melakukan berbagai pertimbangan untuk memilih sebuah kata untuk mengungkapkan sebuah makna yang ingin disampaikan. Kegiatan semacam ini hanya mungkin dilakukan oleh orang yang memiliki kepekaan yang tinggi, yaitu orang yang mampu mengangkat fakta sosial dan nuansa alam menjadi kenyataan fiktif yang diungkapkan dengan bahasa yang estetis. Puisi sering kali menjadi semacam tanggapan seorang pengarang terhadap kejadian-kejadian maupun fenomena yang terjadi dalam masyarakat, Bagian yang sering menjadi sorotan adalah subjek pelaku sosial dari sisi norma susila dan nilai kemanusiaan. Demikian pula yang diinginkan oleh I Nyoman Adiputra melalui puisi-puisinya seperti termuat dalam kumpulan puisi Penjor ini.

Ada dua hal yang menarik yang dapat dipetik dari penerbitan antologi puisi Penjor ini. Pertama, hampir sebagian besar puisi-puisi didalamnya terbingkai dalam satu tema tentang perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat yang menyebabkan perubahan prilaku dan cara pandang hidup masyarakat dewasa ini. Penyair mampu menangkap eprubahan terkecil dari setiap tindak pikir komunitas individu dalam masyarakat akibat pengaruh moderenisasi dan budaya global. Kedua, pengarang adalah seorang guru besar dari disiplin ilmu kedokteran yang menempu perjalanan keilmuannya di berbagai negara di belahan bumi ini tetapi memilih puisi untuk mengungkan renungan-renungan. Ini berarti bahwa sastra yang selama ini menjadi karya atau aktvitas yang termarginalkan dalam hiruk-pikuk modernisme statusnya sedikit terangkat krena mendapat perhatian dari seorang guru besar yang notabe bukan dari disiplin ilmu sastra.

i