Kaca:KAJIAN NILAI GEGURITAN CUPAK GERANTANG.pdf/157

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

BAB III

KAJIAN NILAI GEGURITAN CUPAK DAN GERANTANG


Geguritan Cupak dan Gerantang berbentuk puisi tradisional Bali yang terikat oleh untaian padalingsa yang membentuk bangun pupuh dan memakai bahasa pengantar bahasa Bali Kapara (yaitu bahasa Bali saat ini yang hidup sebagai alat komunikasi). Adapun pupuh yang digunakan beberapa jenis dimulai dengan
memakai pupuh Ginada sejumlah 80 pada/bait disusul dengan pupuh Sinom 34 bait, pupuh Durma 38 bait, pupuh Pangkur 37 bait, pupuh Demung 12 bait, disusul lagi dengan Ginada (Ginada Basur) 33 bait, pupuh Demung lagi 38 bait, lalu pupuh Dangdang 37 bait, lagi pupuh Ginada (Basur) sejumlah 69 bait, pupu Sinom sebanyak 33 bait lagi, lalu kembali memakai pupuh Dangdang sejumlah 18 bait sebagai bagian terakhir cerita. Pemakaian pupuh yang berbeda dan ada yang berulang ini disesuaikan dengan fungsi pupuh di dalam menggambarkan situasi episode atau keadaan suasana peristiwa yang terjadi.
Jumlah bait keseluruhan yang membangun cerita ini sebanyak 429 bait yang semuanya saling berkorespondensi.