Kaca:Geguritan Sewagati Analisis Struktur & Fungsi.pdf/18

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

secara implisit. Bahkan, ada amanat yang tidak tampak sama sekali (Esten, 1978:22).


Amanat merupakan pesan yanga ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca berupa ajaran moral (Sudjiman, 1988:57). Oleh karena itu, tidak ada karya sastra yang tidak memiliki amanat. Akan tetapi, ada kecenderungan analisis amanat terhadap suatu karya sastta tidak diperlukan karena secara langsung ataupun tidak langsung amanat tercermin dalam tema cerita.


Dalam sastra tradisional seperti geguritan biasanya amanat cerita diungkapkan lebih eksplisit jika dibandingkan dengan sastra modern. Karakter sastra tradisional menuntut hal seperti itu. Hal itu paling tidak diakui oleh Panuti Sudjiman (1984:4), bahwa di dalam karya sastra modern amanat biasanya tersirat, tetapi di dalam karya sastra lama pada umumnya tersurat.


Konsep alur yang diacu dalam pembahasan GS adalah konsep alur yang dikemukakan oleh Stanton. Menurut Stanton, alur atau plot cerita adalah seluruh rangkaian hubungan sebab akibat peristiwa-peristiwa (1965:14). Rangkaian hubungan peristiwa tersebut membentuk suatu tahapan cerita. Setiap tahapan memiliki fungsi dan kedudukan tertentu dalam membangun keutuhan alur cerita. Sementara itu, Aristoteles seperti dikutip oleh Baldick (1990:171) mengatakan bahwa alur atau plot memiliki tahapan bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Setiap bagian tersebut terdiri atas beberapa peristiwa atau kejadian yang saling mendukung.


Dalam kajian struktural terbaca bahwa peristiwa sebagai unsur pembentuk alur atau pJot dibina oleh sejumlah unsur, antara lain, kejadian, tokoh, pernyataan, dan tindakan. Dari unsur-unsur itu, tokoh merupakan unsur yang potensial, Antara alur dengan tokoh dan penokohan memiliki hubungan yang erat. Alur terbentuk dan terjalin melalui pertikaian antara tokoh satu dan tokoh lainnya, biasanya antara tokoh utama dan tokoh kedua. Timbulnya tikaian ity disebabkan oleh adanya perbedaan penokohan. Pertikaian yang membentuk suatu alur dapat juga terjadi antara tokoh utama dan kekuatan alam, tokoh lainnya, lingkungan sosial atau pertentangan tokoh tersebut dengan pikirannya sendiri (Chamamah, 1997:21).