Kaca:Geguritan Sewagati.pdf/23

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

bangun ya raris mantuk,
lengah-lengoh ya majalan,
emar lesu,
teked jumah biug manyingkrung,
buka ulat masemaya,
kelesah-kelesih padidian.


49. Paling nyapnyap maka lemah,
ipit-ipit buka ada mangerauhin,
kesiab-kesiab medem bangun,
mangehgehang dipedeman,
suba lemah,
tumin nyane saget rawuh,
wiweka weruh ring naya,
tumuli angucap aris


50. Duh dewa mas mirah,
kenapa dewa tonden bangun
wus tengai,
masih nu pules makubun,
ulat kawileting kanya,
nika napi,
meme tusing ada tabu,
yan sing cai manartayang,
orahin meme ne jani.


51. Mudalara mirengang,
munyin tumine kalintang manis,
tumuli masawur alus,
osah saja jani titiang,
suka mati,
yan tan katemu sang ayu,


bangun lalu berjalan pulang,
jalannya sempoyongan,
bagaikan kesakitan dan payah,
sampai di rumah terus ke pembaringan,
bagaikan telah berjanji,
gelisah sendirian.


Bingung melamun sampai pagi,
mengigau seperti ada yang
mendatangi,
terkejut sebentar bangun se-
bentar tidur,
merana di tempat tidur,
sudah siang,
ibunya lalu datang,
mengerti dan tahu tentang keadaannya,
lalu dia berkata.

"Aduhai anakku emas permata ibu,
mengapa anakku belum bangun hari telah siang,
masih tidur berselimut,
bagaikan kedatangan seorang
putri,
apakah demikian,
ibu tidak tahu,
kalau tidak kamu ceritrakan,
beritahukan ibu sekarang".

I Mudalara mendengarkan,
perkataannya ibunya sangat
manis,
lalu berkata pelan,
"Sungguh susah saya sekarang,
lebih baik mati,
jika tidak bertemu si cantik jelita,
22