Kaca:Geguritan Sewagati.pdf/21

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

41. Apan babaktan manusa,
mula keto katuduh ring sang
hyang Widi,
cunguh wisaya mangendus,
soca wisaya tumingal,
ala ayu,
apan tan wenang dinulu,
data ko rengaang,
sok geleng margi setiti,

42. Tumuli usan masiram,
ngambil sinjang usan mawastra sami,
kakan tenane sadulur,
sami ya papatuhan
ne maretin,
tan liang Ni Nyai Ketut,
bawongin Ni Sewambara,
Ni Sewambari diori.

43. Tumuli raris majalan,
tarunane ne enu soring waringin,
kapanesan ya tong kengguh,
masih enu ia majejer,
sada seken,
"tuara ginjalan manganggur,
pada tong lalis makaad,
ngantiang Ni Sewagati.

44. Subane paek mapapas,
tarunane aseru angucap aris,
tuju Ni Ketut katepuk,
titiang matakon sih dewa,
kocap wenten,

Karena memang pembawaan minusia,
memang demikian kodrat Tuhan,
hidung bernafsu mencium,
mata bernafsu memandang,
baik buruk,
karena tidak dapat dilihat,
macam-macam diperhatikan,
lebih baik teruskan saja berjalan".

Setelah selesai mandi,
mengambil kain dalam selesai berpakaian semua,
kawan-kawannya bersama,
semuanya seragam,
yang di muka,
tidak lain Ni Ketut Sewagati,
didampingi oleh Ni Sewambara,

Ni Sewambari di belakang,
Lalu segera berjalan,
pemuda yang masih tinggal di
bawah pohon beringin,
kepanasan tetapi tidak dihiraukan,
tetap mereka berjejer,
agak sungguh-sungguh,
tidak ada halangan ngadim,
semuanya tidak rela pergi,
menunggu Ni Sewagati.

Setelah dekat berhadapan,
seorang pemuda segera berkata, halus,
"Kebetulan Ni Ketut ditemui,
Saya mohon bertanya,
Katanya ada,

20