Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/98

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

apang sida mabaan,

manjalana ambek dekil,

manyarundup,

nyingse nyang barang-barang.


307. Ulat kadi kapegokang,

kabawos nak Agung Lingsir,

tuara tindih ring pangrawos,

rah i tuan ngayat gelis,

budale saking raden,

tan carita mangkin nyaluk,

wengi ne ba das lemah,

wang Bali teka medilin,

suradadu,

ne mamondok dangin pasar.


308. Delod puri kuta Cakra,

jaban meru agung titib,

tangkejut bangun ngurepak,

paselur manyemak bedil,

miwah kalewang tarik,

pareret matimbal nyalung,

gagupekan tan pegat,

narungtung ngempengin
kuping,

maka wangsit,

ngatepukin durmanggala.


98


luntang-lantung,

tidak pernah memikirkan
kesusahan,

hanya untuk mendapatkan
hasil,

menjalankan mulut busuk,

menyelundup,

menyiksa dan merampas
barang-barang.


Seperti sengaja pembicaraan
dialihkan (difitnah),

dikatakan Anak Agung
Lingsir,

tidak setia dengan
pembicaraan (perjanjian),

Belanda sudah menuduh,

lalu segera pulang,

tidak diceritakan malam
harinya,

diceritakan telah menjelang
pagi,

orang-orang Bali datang
menembaki,

serdadu yang tinggal di
sebelah timur pasar.


Di selatan istana Cakra,

di bagian luar meru besar
(nama bangunan tempat
persembahyangan orang
Hindu) dengan tertibnya,

terkejut bangun bergerak,

berteriak-teriak sambil
mengambil senjata,

dan mengambil pedang,

diselingi dengan bunyi
terompet,

bunyi tambur tidak
putus-putusnya,