Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/139

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

442. Tan kaginggang tan kagingsir
katerejak,

kacakup ban Kumpeni,

medil tuara pegat,

di perampatan marigi,

puri Agung wiakti kadi,

ngungang wiat,

munyin bedile titir.


443. Untat Amla ida kari
mairingan,

parekan dasa siki,

akijapan telas,

mati makadi rusak,

Untat Amla tuara biin,

ditu moksangga,

Mataram kaon raris.


444. Tuan Residen kalih Jendral
sami enak,

ring Mataram malinggih,

wireh sampun bebas,

tigang desa kajaya,

mangkin kocap sedek wengi,

nak Agung Ngurah,

katangkil sampun titib.


445. Para menak,

baudanda ring ayunan,

Anake Agung raris,

dauh pangandika,


wajahnya berapi-api,

seperti dewa matahari,

yang baru menjelma.


Tidak mau mundur dan tidak

bergeser ketika diserbu,

direbut oleh pasukan
Kumpeni,

yang menembak tidak

putus-putusnya,

di perempatan jalan,

di istana,

seperti hendak
menghancurkan dunia,

bunyi senapan berdentuman.


Anak Agung Ketut
Karangasem masih punya

pengikut sepuluh orang,

sekejap mata hancur semua,

mati dan rusak,

demikian juga Anak Agung
Ketut Karangasem,

di sana gugur,

Mataram akhirnya jatuh.


Tuan Residen dan Jendral
sangat senang,

menduduki Mataram,

karena sudah ditaklukkan,

tiga desa sudah dikuasai,

sekarang diceritakan pada
suatu malam,

Anak Agung Ngurah dihadap
dengan tertibnya.


Para bangsawan dan
baudanda di depan,

Anak Agung segera,

memulai pembicaraan