Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/109

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

dening sada wenten kari,

pilihka utusan,

i suradadu nengil.


342. Jeroning karang katenangin
tuara pegat,

pada saling bedilin,

ngadu kaprawiran,

pinehan surup surya,

pangitere tuara piid,

bedil len tumbak,

pamatung ring nagari.


343. Benjang cerita Anak
Agung ne di Cakra,

Mataram manauhin,

nelokin medasang,

Kumpeni kalih pasal,

ne di Meru Cakra kalih,

di Kesetran,

Karang Jangkonge suba sepi.


344. Sami buntas pengungsine ka
Ampenan,

ring Swetra ucap malih,

tuan kapten suba,

nunas kauripan,

miwah suradadu sami,

maserah gegawan,

kaatur para mangkin.


345. Ring Anake Agung Ngurah
lintang sweca,

kahormatin mangraris,


setiap bagian yang lemah

ditambah prajuritnya,

tetapi rupanya ada tertinggal,

seperti utusan,

serdadu Belanda tetap diam.


Di pekarangan rumah

diserang tidak
putus-putusnya,

saling tembak menembaki,

mengadu keberanian,

matahari telah terbenam,

yang mengurung tidak juga
mundur,

dengan senapan dan tombak,

prajurit kerajaan.


Keesokan harinya

diceritakan Anak Agung yang
di Cakra,

Mataram memanggil,

untuk melihat dan
menegaskan Kumpeni,

di dua tempat,

yang di Meru dan Cakra,

di Kesetran dan Karang
Jangkong sudah sepi.


Semua pergi menuju
Ampenan,

diceritakan yang di Sweta,

Tuan Kapten sudah
memohon pengampunan,

dan serdadu semua,

menyerahkan senjata,

bersamaan semua diserahkan.


Kepada Anak Agung

Ngurah dan beliau
memperkenankan,