pada puput matingkah,
umiang ikang gubar beri,
kadi kerug,
len siandana ulung dasa.
(20) Duaja tunggule dumilah,
luir wangkawa ring wiati,
katatitan ban sanjata,
tan pendah buka ngulapin,
jejel bala umiring,
miwah pedati rong iwu,
len nunggang gajah domas,
nunggang jaran kutus tali,
ya pagelur,
len siandana ulung dasa.
(21) Ne kabina-bina pisan,
petang dasa wekas luih,
utamaning kagaokan,
busanane sarwa adi,
prajurit apsara luih,
sakti prakosa heng ripu,
luir sagara ngambara,
bala dewane mamargi,
pada gempung,
lulus bungkah kaentasan.
(22) Pangkung jurang tukad alas,
gunung-gunung pada bersih,
sing kaparad pada balbal,
rusak lulus buka basmi,
kajekjek kamarginin,
tan bina buka magau,
semua telah siap siaga,
berdentuman suara bunyi-bunyian,
laksana guntur,
dengan delapan puluhan kereta.
Berdera umbul-umbul berkobar-kobar,
bagaikan pelangi di angkasa,
kilauan senjata bagai petirnya,
seolah-olah melambaikan tangan- nya,
penuh sesak bala tentara mengi- kutinya,
serta pedati dua ribu,
yang lainnya mengendarai gajah 800,
naik kuda delapan ribu,
semua menjerit,
dan kereta delapan puluh.
Yang sangat hebat,
empat puluh orang perwira utama,
sungguh mengagumkan,
pakaiannya serba mulia,
tentara dewa inti.
sakti dan berani terhadap mu- suh,
laksana lautan di angkasa,
laskar dewa segera berangkat,
semua pepohonan bergelimpangan,
hancur luluh diinjak-injak.
Tebing jurang sungai dan hutan,
gunung-gunung semuanya luluh,
pohon-pohon bertumbangan,
hancur lebur bagai terbakar ha- ngus,
diinjak dipakai jalan,
tiada beda seperti tanah dibajak,
13
