kan sebagai elang banyak yang berkeliaran, berjalan dengan sorak-sorai, menuju rumahnya I Bagus Diarsa, sudah dikelilingi rumahnya.
214. I Gusti Sulaksana dari barat, I Gusti Nyoman Samirana dari timur, ramai bersorak-sorai memanggil-manggil, keluarlah Bagus Diarsa, sekarang perlihatkan keberanianmu, rakyat semua berjalan, repot dan ribut, menaiki tembok bersorak disertai senapan sambung menyambung.
215. I Bagus Diarsa menyucikan dirinya, akan mengadakan puputan, berpakaian serba putih, ayamnya berkokok, segera ayamnya menyatakan sesuatu, jangan engkau khawatir, jauh kemungkinan kau akan menemui kesusahan, lihatlah aku sekarang, saya akan bersalin rupa.
216. Segera ayam bersalin rupa, menjadi seekor garuda, Bagus Diarsa mengendarai, terbang ke angkasa, angin keluar seperti topan, semua anggota desa lari tunggang-langgang, berlari saling tabrak, heran metihat garuda, burung apakah namanya itu?
217. Bagus Diarsa kelihatan di angkasa, rupanya seperti Betara, setiap yang disambar semua lari, lari saling pegang, saling dorong, saling injak, banyak luka-luka karena tombak, ada yang digendong ada yang dituntun, setiap jalan penuh sesak, larinya tidak lagi toleh-toleh.
218. Semua kayu telah rebah, karena angin topan, rumah rusak diterbangkan angin, banyak orang jatuh bergelimpangan, mayat di sana-sini bergelimpangan, mati karena senjata kawan, kalau orang takut itu diumpamakan seperti anak ayam melihat burung elang, takut sambil mencari tempat bersembunyi.
219. Banyak manusia yang dimakan oleh sang garuda, menangis sambil menjerit-jerit, ada yang mengaduh kesakitan, Gusti Sulaksana lari kencang, juga I Gusti Nyoman lari, terpaksa mereka menyerah, duduk sambil menyembah, saya minta hidup.
37