Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/62

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

"Punta, sesuai dengan permintaan adikku sebagai tercantum dalam surat, putriku, Raden Galuh, bersedia kawin dengan Raden Mantri. Sekarang pulanglah kamu, beritahu adikku bahwa kehendaknya telah terkabul!"

I Punta mohon diri, lalu pulang. Setiba di keraton Koripan I Punta menyampaikan pesan raja Daha kepada raja Koripan. Beliau bergembira karena kedua putranya telah memenuhi kehendaknya. Tujuh hari sebelum hari pernikahan, I Punta disuruh membawa persembahan ke Daha. Bermacam-macam pakaian dan perhiasan dipersembahkan, seperti berjenis-jenis kain, baju yang indah-indah, dan beraneka ragam perhiasan emas permata. Rakyat diperintahkan oleh raja untuk membuat bangsal guna persiapan upacara potong gigi bagi Raden Mantri. Rakyat serentak bekerja, ada yang membuat bangsal, ada yang membuat tungku, dan yang lain pergi membeli kerbau dan babi. Ah, luar biasa ramainya orang bekerja di istana, semua giat melaksanakan tugas masing-masing. Raja amat senang melihat rakyat, tua muda, besar kecil, semua rajin bekerja.

Dipercepat menceritakan, konon I Punta sudah tiba di istana Daha, lalu persembahan itu dihaturkan kepada raja. Baginda raja menerima bingkisan raja Koripan tersebut. Ketika itu orang-orang di Daha juga sedang giat membuat bangsal karena Raden Galuh juga akan melakukan upacara potong gigi. Diceritakan Ida Raden Mantri dan Raden Galuh telah selesai melakukan upacara potong gigi. Dikisahkan sehari sebelum hari pernikahan Raden Mantri menjemput Ida Raden Galuh ke Daha diringkan oleh rakyat, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada kecuali, semua hamba mengiringkan beliau ke Daha. Raden Mantri menunggang kuda berpelana emas diiringkan oleh patihnya. Para hamba lain ada yang membawa joli emas yang akan dipakai mengusung Ida Raden Galuh dan ada pula yang membawa payung kebesaran dan di belakangnya diikuti oleh orang-orang menabuh gong. Setibanya di Daha beliau disapa oleh raja serta permaisuri,

"Baru, datang, Nak?"

"Ya, Ananda baru tiba, Tuanku".

"Tunggu sebentar Nak, adikmu sedang berhias! Silakan duduk dulu, beristirahat sambil merokok, dan rakyat yang mengantar Ananda supaya makan sirih!"


56