Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/237

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

berjanji memberikan Tuan Putri sebagai ganti hamba, hamba pasti dibunuh oleh raksasa”’.


“Mengapa Ibu berjanji memberikan diriku kepada eakena? Apakah benar-benar Ibu menjanjikan diriku sebagai penebus nyawa Ibu ‘kepada raksasa? Kalau begitu, aku akan mati dimakan oleh raksasa’’.


“Tidak, Tuan Putri. Raksasa akan hamba olok-olok. Tidak usah Tuan Putri khawatir, mustahil Tuan Putri akan dimakan oleh raksasa. Hamba aka mencari akal untuk membunuhnya!”


“Tidakkah Ibu mengolok-olok aku?”


‘‘Mengapa Tuan Putri berpikiran yang bukan-bukan? Hamba tidak akan mengolok-olok Tuan Putri. Ambillah beras ini! Hamba akan mencari kayu api. Nanti silakan menanak”’. Beras itu diambil oleh Raden Galuh dan I Lutung pergi mencari kayu api. Setelah mendapat.kayu api, Raden Galuh sibuk menanak. Setelah nasi masak, beliau bersantap. Sehabis bersantap barulah perasaannya lebih lega.


Konon diceritakan setiap hari I Lutung pergi minta beras kepondok raksasa. Raksasa bertanya kepada I Lutung,

“Hai, Lutung?”

“Apa, Kakek?”

‘‘Apakah sekarang Raden Galuh sudah besar?”

“‘Sudah! Besok malam beliau akan saya ajak kemari, Kakek jangan menyalakan lampu. Beliau takut kepada nyala lampu. Kalau Kakek menyalakan lampu, pasti beliau tidak mau datang kemari. Sekarang berilah saya beras agak banyak dan racun untuk meracun Raden Galuh!” Setelah mendengar kata-kata I Lutung senang hati raksasa, lalu mengambil beras satu bakul dan racun.


“Lutung! Ambillah beras dan racun ini! Besok bawalah Raden Galuh kemari dan jangan kamu mengolok-olok aku!” ujar raksasa.


“Ya, Kakek!” Beras dan racun itu diambil oleh I Lutung, lalu segera dibawanya pulang. Setelah tiba di tempat tinggalnya, I Lutung ditanya oleh Raden Galuh,


“Mengapa Ibu membawa beras banyak sekali?”


“‘Beras ini akan hamba jadikan tepung yang akan hamba bentuk menjadi boneka sebesar Tuan Putri, di dalamnya hamba isi racun. Besok malam boneka tepung ini akan hamba berikan kepa-


231