Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/218

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Agung menanti. Terlihat Gusti Patih datang tidak membawa air, lalu ditanya oleh Ida Dewa Agung,


“Hai Patih, mana airmu, mengapa tidak membawa air?” I Patih dan I Punta menjawab,


“Daulat Tuanku, hamba tidak membawa air karena hamba heran melihat Lutung mengajak perempuan cantik”. Dewa Agung pun bersabda,


“Di mana tempat mereka?’ Lalu diceritakanlah rumah disebelah barat jurang itu.


“Dan Tuanku diharapkan datang ke sana oleh I] Lutung”’, Kemudian Ida Dewa Agung berjalan diiringkan oleh [I Patih dan I Punta. Setibanya di pondok I Lutung, beliau melihat Raden Galuh duduk, berdampingan dengan Ibu Lutung. Baru saja Ida Dewa Agung Putra melihat, rebahlah beliau karena melihat kecantikan Raden Galuh. I Lutung segera melompat serta membangunkan Dewa Agung Putra, Kemudian J Lutung berkata,


“Tuanku, silakan Tuanku bangun!” Dewa Agung Putra dituntun oleh I Lutung, diajak duduk di dalam di vangunan Gunung Rata.


Sekarang diceritakan I Lutung bercakap-cakap dengan Dewa Agung Putra,


“Hai, Mak Lutung, katakan dengan sebenarnya orang perempuan itu?’I Lutung pun menjawab,


“Daulat Tuanku, dia anak hamba”. I Dewa Agung terkejut, lalu berkata,

“Kamu mengatakan mempunyai anak, tetapi aku tidak percaya! Betulkah itu anakmu?”’ Menyahut I Lutung,

‘“Tuanku, anak ini anak pungut hamba’’.

“Di mana kaupungut?”

“Ya, hamba memungutnya di perbatasan daerah Pajarakan’’. Setelah mendengar ucapan itu, Dewa Agung Putra baru ingat bahwa beliau sekeluarga dengan Raden Galuh Daha,

“Hai, Lutung, ini sepupuku Raden Galuh Daha. Dahulu aku mempunyai paman di Daha. Beliau mengadakan sayembara menebak kulit tuma. Ketika ada orang yang berhasil menebak, orang itulah yang mendapat Raden Galuh. Bagaimana asal mulanya Raden Galuh kauajak di sini?” I Lutung menceritakan kisah Raden Galuh dari awal sampai akhir. Dewa Agung berkata,


212