Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/214

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

aku tidak membunuhmu”. I Lutung menjawab,


“Begini Kakek, karena masih kecil, beliau tidak akan berani dekat dengan Kakek. Biarlah sementara waktu saya mengasuh beliau, kelak kalau sudah dewasa saya persilakan Kakek mengambilnya”. Raksasa menuruti kata-kata I Lutung, kemudian ia dilepaskan. I Lutung berkata,


“Kakek, berilah saya beras!’’ I Lutung diberi beras. “Kakek, saya pulang sekarang’” sahut I Lutung. Ia pulang membawa beras. Setiba I Lutung di tempat tinggal Raden Galuh, dia didekati oleh Raden Galuh serta ditanya.

“Di mana kamu mendapatkan barang itu?’’ Menyahut I Lutung,


“Hamba peroleh di rumah raksasa. Silakan Tuan Putri menanak beras ini’. Kemudian Raden Galuh mencari kayu api untuk menanak,


Keesokan harinya I Lutung datang lagi ke rumah raksasa untuk mencari beras, kemudian beras itu dibawa ke tempat tinggal Raden Galuh. Raden Galuh bertanya kepada Ibu Lutung,

“Barang apa yang Ibu jinjing dan junjung itu?”’

“Tuan Putri, diamlah dahulu!” jawab | Lutung.

“Tidakkah Ibu mengolok-olok saya?” tanya Raden -Galuh.

“Masakan hamba berani mengolok-olok Tuan Putn. Tanaklah beras ini agar Tuan Putri segera bisa bersantap! Hamba akan mencari buah-buahan karena hamba tidak biasa makan nasi’’.


Dicertakan I Lutung mencari duku. Tiba-tiba datang orang yang memiliki duku itu. I Lutung tertangkap basah sedang mencuri duku. Pemiliknya berteriak menghalau I Lutung. I Lutung melompat dan berlari, kemudian jatuh dan patah sebelah kakinya.Jalannya timpang ketika dia menemui Raden Galuh. Setibanya di tempat tinggal Raden Galuh, I Lutung melapor,


“Tuan Putri, hamba terjatuh dan kaki hamba patah”’. Setelah terlihat oleh Raden Galuh, beliau menangis,

“Mak Luntung, mengapa kaki Mak patah dan sekarang apa yang harus saya perbuat?” Dipijit-pijitlah kaki I Lutung oleh Raden Galuh. Setelah berapa lama I Lutung sembuh. Dengan sembuhnya I Lutung Raden Galuh pun amat senang. I Lutung pergi lagi ke rumah raksasa, Setiba di sana dia memanggil-manggil,

‘“Kakek, kakek raksasa!”’

208