Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/176

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Ketika hampir tertidur, tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup sampai,

"Hai, Raden Mantri, mengapa kamu tidur di sini? Apakah kamu tidak tahu bahwa sepupumu I Galuh Daha dalam keadaan sengsara? Bangunlah dan cari dia! Ikutilah jalan yang menuju ke utara! Nanti kamu akan berjumpa dengan sepupumu, tetapi dia menderita, berwujud burung cengkileng". Demikian suara yang didengarnya. Raden Mantri segera bangun dan berjalan menuju ke utara. Tibalah Ida Raden Mantri di pondok I Truna Tua, lalu dijumpai beliau I Truna Tua sedang asyik menyumpit burung cengkileng .


"Ah, ini ada anak kecil datang! Tolonglah Nak, sumpitkan burung itu! Hampir habis tenagaku mengejar burung itu sejak pagi. Ia sengaja membuat aku jengkel. Andaikata burung itu tidak menantang, sebenarnya tidaklah sekeras ini kemauanku", ujar I Truna Tua. Raden Mantri menyahut, " Kakek, kalau Kakek mau mengajak saya tinggal di sini, saya mau menolong menyumpitkan burung itu" .

"Sebenarnya, siapakah kamu ini?"

"Kakek, saya oran g yang tidak menentu. Saya tidak tahu nama saya sendiri dan tidak mengenal ibu bapa saya. Sejak saya ingat, saya telah hidup di jalan-jalan sebagai gelandangan".

"Ya, kalau demikian, tinggallah kau di sini dengan Kakek! Sekarang coba kausumpit burung itu", demikian kata I Truna Tua sambil menyodorkan sumpitan kepada Raden Mantri. Raden Mantri mulai menyumpit burung Cengkileng, tetapi tidak kena. Raden Mantri berkata,

"Hai , Dik , mengapa Adik sukar ditangkap? Engkau tidak mengenal Kakak, tetapi Kakak tahu siapa Adik". Raden Mantri menyumpit lagi burung itu , lalu kena. Setelah kena, badannya terguling dan dadanya terluka. Kemudian ia menjelma menjadi gadis, Raden Galuh Daha. Raden Mantri memeluk dan mengajak adiknya ke pondok I Truna Tua. I Truna Tua heran memikirkan kejadian itu. Raden Mantri dan Raden Galuh tinggal di pondok I Truna Tua , beliau dianggap sebagai cucunya. Setelah beberapa lama Raden Mantri dan Raden Galuh tinggal di pondok I truna Tua, terdengar oleh beliau suara di awang-awang yang bersabda bahwa beliau harus segera pulang ke Koripan karena ibu dan ayah-

170