Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/160

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

dara sepupumu".

"Ya, saya menurut perintah Ayahanda", jawab Raden Mantri sambil menangis.

"Patih, perintahkan rakyatku membuat pondok!" sabda raja kepada I Patih, lalu segera dia memerintah rakyat. Setelah pondok itu selesai dikerjakan, Raden Mantri ditempatkan di sana. Permaisuri pun pulang. Raden Mantri tidak dapat bangun karena kemaluan beliau sangat panjang. Kemaluan itu menjurus ke hilir sungai dan panjangnya kira-kira delapan ratus depa. Pada saat petani bekerja di sawah, air Sungai Mandala selalu besar, bersih, dan dingin. Kalau mandi, Raden Galuh Daha, Raden Galuh Gagelang, dan Raden Galuh Singasari pasti ke Sungai Mandala diiringkan oleh dayang-dayang. Pada saat Raden Galuh Daha sedang bersenang-senang berendam di sungai yang airnya dingin, beliau tidak lihat bahwa kemaluan Raden Mantri ada dalam air. Raden Galuh Daha dapat disetubuhi oleh Raden Mantri sehingga pingsan. Setelah terlihat oleh seorang dayang bahwa Raden Galuh pingsan, dayang itu ribut,

"Hai, mengapa Raden Galuh, Ngemban? Binatan'g apa yang menggigit beliau? Caba kaucari binatang itu! Mungkinkah ular yang menggigit beliau? Mengapa Raden Galuh berdarah?" I Ngemban mencari-cari binatang yang menggigit, tetapi tidak bertemu. Abdi berkata,

"Apa akal kita? Bagamana aku harus menyampaikan kepada raja bahwa putri beliau demikian keadaannya, Ngemban?" I Nginte bertanya. kepada Raden Galuh,

"Oh, Raden Ayu, bangun dan tenanglah! Mengapa Ratu terluka? Apa yang menggigit?" Raden Galuh masih tergeletak. I Nginte berkata lagi,

"Ngemban mari kita angkat beliau ke istana!"

"Ayo," jawab I Ngemban . Raden Galuh dibawa mereka ke istana. Setelah sampai di istana, kedua dayang melaporkan keadaan Raden Galuh kepada permaisuri. Kemudian permaisuri menangis menjerit-jerit. Raja tercengang melihat putri beliau demikian. Semua dayang sibuk, ada yang menyembur dengan zat yang mengandung obat-obatan, ada yang membedaki, dan yang lain mengipasi. Sebentar kemudian, Raden Galuh sadar kembali lalu mena-

154 ·