Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/46

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

34

"Nah kema ke jani budal,
teked di Rangki,
ditu tongos cai melah.


84. Nanging eda cai tuna,
melajahin solah becik,
maguru lagu wirama,
ane nyandang ogya tiru,
eda malu ngaku bisa,
keto cai!"
Saur kenying rake Rahadyan,


85. "Tityang nyuun pangandika,
sakayun Ratu mas manik,
saurip tityange nyokor,
mamarekan ring I Ratu,
10b dyapin maawanan rusak,
tityang bakti,
sakayun Cokor I Dewa."


86. Raden Dewi mangandika,
"Meme Inya kema mulih,
eda Meme wewangenan,
magusti tekening aku,
panak Memene dini depang,
ya di Rangki,
mai delokin kapah-kapah!"


87. Inya Bekung matur sembah,
"Ratu Ayu tityang ngiring."
Rahadyan sumaur alon.


"Pulanglah sekarang,
sampai di Rangki,
di Sana tempatmu yang bagus.


Akan tetapi,janganlah kamu kurang,
belajar tingkah baik,
belajar guru lagu dan wirama kakawin,
yang patut ditiru,
janganlah mengaku pandai,
demikianlah hendaknya!"
Sang Pangeran menjawab sambil tersenyum,


"Hamba menurut perintah,
sekehendak Tuanku Putri,
sehidup hamba akan menghamba,
menghamba kepada Tuanku, walau hancur sekalipun,
hamba setia,
apa yang Tuanku Putri inginkan.


Raden Dewi berkata,
"Bibi Inya pulanglah,
janganlah Bibi bersedih,
menghamba kepadaku,
anak Bibi biar di sini,
tinggal di Rangki,
tengoklah sewaktu-waktu kemari!"


Inya Bekung berkata seraya menyembah,
"Tuanku Putri hamba menurut perintah."
Sang Pangeran berkata halus.