Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/30

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

18


gelis prapti,

Raden Mantri maring alas.


9. Satekane maring alas,

katah burone papanggih,

Raden Mantri gelis ngandika,

"Kema kaka pada ngepung!"

Pangiringe matur sembah,

"Tityang ngiring,

sandika Cokor I Dewa."


2b.10Pangiringe raris ngulah,

adiri twara da kari,

telas bungkah tekaning basong,

Raden Mantri ngraga kantun,

pamadege batan kroya,

titah ganti,

Sang kawi mamantesang.


11. Dening sampun sapunika,

raris rauh ujan angin,

peteng libut maulekan,

katah taru sempal kerug,

akeh pungkat pajulimpang,

saling tindih,

Raden Mantri kacarita.


12. Tan meling tekening raga,

kagulung ban ujan angin,

kadi kapuke salamba,

kaampehang baan aus,

babakta saparan-paran,

gelis prapti,

tiba maring taman Daha.


13. Tan kocap maring taman.


cepatlah tiba,

Raden Mantri di tengah hutan.


Setelah tiba di tengah hutan,

banyak binatang yang dijumpainya,

Raden Mantri lalu berkata,

"Pergilah kamu semua mengejar!"

Para pengikutnya menyembah,

"Hamba kerjakan,

perintah Tuanku."


Para pengikutnya lalu mengejar,

tidak seorang pun yang tertinggal,

habis semua hingga anjing,

Raden Mantri tinggal seorang diri,

berdiri di bawah pohon kroya. 1)

sudah takdir,

Tuhan yang menentukan.


Karena memang keadaannya demikian,

lalu datanglah hujan dan topan,

gelap gulita berputar-putar,

banyak pohon pata disambar petir,

banyak yang rebah bergelimpangan

tumpang tindih,

Raden Mantri diceritakan.


Tidak sadarkan diri,

ditiup oleh hujan dan topan,

bagaikan sehelai kapuk halus,

diterbangkan angin kencang,

dibawa entah ke mana,

cepatlah sampai,

tiba di taman Daha.


Tidak diceritakan keadaannya di taman.