Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/163

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

sami linggih para ratu,

kalih para Prameswarya,

putra-putri,

kalih rabining punggawa.


592. Punggawane nunggang kuda,

panganggene mawarna-warni,

tekening mamas iringan,

ireng abang ijo biru,

mapontang mabulun merak,

pitung bangsit,

iringan para ratu samyan.


593. Pungkuran gong manyelag,

petang barung sami nyekati,

kasundul ban baris demang,

64a gelung lengar mabunga pucuk,

masaput poleng pandalan,

baju rangdi,

masambayut gringsing wayang.


594. Masolah sambilang majalan,

nganggar pedang madadingklik,

alok-aloknyane ngembo,

di pungkuran Gusti Demang,

kalih lawan Gusti Demang,

wok beris,

warnane mangrengsang cita.


595. Mabusana sami abang,

wastra petak mabaju rangdi,

kampuh sutra poleng pandalan,


adalah kendaraan para bangsawan,

serta para permaisuri,

putra dan putri,

serta istri para punggawa.


Para punggawa menunggang kuda,

berpakaian berwarna-warni,

serta diiringi oleh tombak,

hitam, merah, hijau, biru,

dihias bulu merak,

seribu empat ratus orang,

seluruh pengiring para raja.


Di belakangnya diselingi gamelan,

empat perangkat yang menyertai,

disertai oleh baris demang,

bergelung lengar berbunga kembang sepatu,

berselaput berwarna poleng pandalan,

berbaju merah,

berselempang gringsing wayang.


Menari sambil berjalan,

mengangkat pedang menari-nari,

gerak-geriknya membual,

di belakangnya Gusti Demung,

disertai oleh Gusti Demang,

kumis dan jenggotnya lebat,

wajahnya menakutkan.


Semua pakaiannya merah,

berkain putih dengan baju merah,

kampuh sutra poleng pandalan,