Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/151

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Arin Adi jaga mriki,

makalihan lanang wadon,

buin puan janten rauh,"

Sri Mahisi saur egar,

"Tityang mapagin,

I Adi ajak I Nanak,"


540. Jroning wengi tan carita,

gelis kocap sampun enjing,

soroh sangging tukang prapta,

manitahang gambar pintu,

bilang gapura madaging gambar,

lian malih,

mapwangun gopura bera.


58b.541. Di bancingah mapindah gruda,

krura rupa anjerihin,

rasannya kadi mamangsa,

mapan sangging tukang puput,

pratiakseng sakolahan,

Jawa Bali,

mangwangun soroh pepindan.


542. Gajah macan singa warak,

pepindan bojog gede cerik,

baruang kalawan barong,

lyan pepindan naga agung,

mirib manyemburang wisa,

sumirat kuning,

tui keto yan upama.


543. Gelis kocap kalih dina,

Prameswari Raden Mantri,


"Adindamu akan datang ke sini,

berdua laki perempuan,

lusa pasti datang,"

Permaisuri menjawab dengan riang,

"Hamba akan menjemput,

Adinda bersama Ananda."


Tidak diceritakan malam harinya,

tiba-tiba telah pagi,

para sangging65 dan tukang datang,

mempersiapkan gambar pintu,

setiap gapura bergambar,

yang lain lagi,

membangun gapura megah.


Di bagian depan istana berbentuk garuda,

yang sangat menakutkan,

rasanya hendak memangsa,

karena sangging yang telah ahli (membuatnya),

telah menamatkan sekolah,

di Jawa dan Bali,

yang telah membuat bermacam simbol.


Gajah, harimau, singa, dan badak,

simbol kera besar kecil,

beruang dan barong,

yang lain simbol naga besar,

bagaikan menyemburkan bisa,

menyembur kuning,

demikian kalau diumpamakan.


Telah dua hari berlalu,

Permaisuri dan Raden Mantri,