Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/146

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

518. Anak namping peti kotak,
ping dasa kenehe masalin,
tuara da ngalih kijaha,
apan suba pada ditu,
nyereg nyemak jalan mula,
taguh endogin,
anak mula di desannya.

519. Dyapin ngraos juang betenan,
da pati nagih ngungkulin,
juang tingkah takut belog,
da nganggo degag sigug,
ngaku ririh tan paguna,
ngaku sugih,
deweke di padesayan.

520. Dyapin benya ngaku bisa,
ditu liu anak ririh,
yadin mengaku wisesa,
ditu liu anak weruh,
melah ngaku belog tiwas,
dadi saing,
ada tongos ngidih nunas.

521. Eda nyai ngaku Menak,
liu raose rasanin,
ditu Gusti dini Embok,
suba ada tempa malu,
Tuan Mantri mamarekan,
duke dini,
kawastanin I Pakang Raras.


Orang berada dekat almari,
sepuluh kali keinginannya bertukar pakaian,
ia tidak mencari ke mana-mana,
karena sudah ada di situ,
menguncinya lalu mengambil di tempat yang mudah,
itu yang hendak disaingi,
orang yang ada di desanya sendiri.


Walau berbicara pun harus merendah,
jangan ingin mengatasi,
tampakkan diri takut dan bodoh,
jangan sombong dan angkuh,
mengaku pandai namun tidak ada gunanya,
mengaku kaya,
diri berada di desa orang.


Sekalipun kamu mengaku tahu,
di sana banyak orang pandai,
sekalipun kamu mengaku sakti,
di sana banyak orang pandai,
sebaiknya mengaku bodoh dan miskin,
maka cocok,
ada tempat meminta sesuatu.


Jangan kamu mengaku bangsawan,
banyak kata-kata yang akan dipikirkan,
di sana Gusti di sini Kakak,
sudah ada yang dapat dijadikan contoh,
Tuan Mantri menjadi hamba,
dahulu,
bernama I Pakang Raras.