Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/111

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

I Lurah parek ring gustinnya.


366. Arya Demung gelis ngandika,

"Cai pada ajak Beli,

mani jalan luas ka Daha,

ngajak roang pada makutus,"

I Lurah matur sandika,

"Tityang ngiring,

mangkin tityang madauhan."


367. Wengine tan kawinama,

kocap mangkin sampun enjing,

Arya Demung medal reko,

pangiring sami rauh,

tumuli raris mamarga,

maturanggi,

gelis lintang ring Jenggala.


368. GeUs rauh maring Daha,

ka bancingah reke ngraris,

pakemite raiis natasang,

Arya Demung gelis amuwus,

"Tiang utusan Koripan,"

i pakemit,

matur ring I Demung utusan.


369. "Inggih Gusti, gustin tityang,

sue ida tan katangkil,

dening ida kosekan raos,

madue putra aukud,

40b istri ayu sedeng eman,

ida lalis,

sakeng puri ida ical."


310. Arya Demung kanggeking cita,



I Lurah menghadap tuannya.

Arya Demung segera berkata,

"Engkau akan kuajak,

besok mari pergi ke Daha,

membawa delapan orang pengiring,"

I Lurah mengiakan,

"Hamba bersedia,

sekarang hamba memberitahukan."


Tidak diceritakan malam harinya,

diceritakan kini hari telah pergi,

Arya Demung ke luar,

pengiringnya semua datang,

lalu segera berjalan,

menunggang kuda,

cepat sudah melewati daerah

Jenggala.


Segera tiba di Daha,

lalu segera ke depan istana,

para penjaga lalu menanyai,

Arya Demung segera berkata,

"Saya utusan dari Koripan,"

si penjaga,

berkata pada I Demung utusan itu.


"Ya Tuanku, junjungan hamba,

lama beliau tidak dihadap,

karena beliau bersusah hati,

mempunyai seorang putra,

gadis cantik sedang menawan,

beliau ikhlas,

menghilang dari istana."


Arya Demung agak terkejut.