Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/105

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

93

twara ada mangresepang,

tulus lamig,

bibihe anggon mapeta.


341. Ane twa tiwas mangucap,

37b mula keto luh mwani,

bajang luh ngeton wong lanang,

tur rupannyane bagus,

masih pesu tingkah binal,

dyapin mwani,

ngeton istri ayu prawan.


342. Salingke anake melah,

sandang pangane ngabehin,

ane goba paendonan,

tani goba genep aukud,

masih ya mabikas binal,

kadena pangid,

rupane makedus domba,


343. Mengakena ta punika,

kacarita Raden Mantri,

sarauhe maring jero,

purine kalintang samun,

mirib twara tampak manusia,

sirep sepi,

Raden Mantri ngraris ngapuryang,


344. Parekan panjrowan kagyat,

ngeton Raden Mantri prapti,

pada ngeling nyaup cokor.


semua pembicaraan itu tidak ada yang meresap hati,

hingga lemas,

bibir yang dipakai bicara.


Yang tua lagi miskin menjawab,

memang demikianlah keadaannya

baik laki-laki maupun perempuan,

si gadis melihat jejaka,

yang tampan rupanya,

turut juga bergembira birahi,

demikian sebaliknya si jejaka,

melihat gadis yang cantik jelita.


Jangan dikatakan orang yang kaya,

sandang pangan yang berlebihan,

orang yang miskin lagi pendatang,

katakanlah yang tubuhnya tidak bercacat,

juga turut bergembira,

dikira dirinya telah pantas,

tetapi wajahnya kerbau domba.


Tidaklah diceritakan hal itu,

tersebutlah Raden Mantri,

setiba di istana,

istana itu sunyi-senyap,

tidak ada manusia yang tampak,

amat sepi,

Raden Mantri lalu masuk ke

istana,


Dayang-dayang baik laki-laki maupun perempuan terkejut,

melihat Raden Mantri datang,

semua menangis merangkul kakinya.