Kaca:Babad Kayu Selem.pdf/81

Saking Wikisource
Kaca punika durung kauji-waca

74

nyak persoal an . Bersama dcngan adiknya. kembali ke sorgaloka. Digantikan oleh putranya yang

2. dipilih menjadi raja, Sri Haji Tapohulung di pulau Bali, hersthana di Bata hanyar, disebut Pejeng. Konon, sejak pemerintahannya, tidak ada yang baru diperintahkan , sama seperti ayahnya, beliau yang sudah pergi ke alam sunya.

3. Sebab kalau diingat kembali, lebih arif dalam kesaktian daripada ayahnya. sudah mampu keluar masuk sorga loka. Itulah sebabnya, tenang wilayahnya, karena kebijaksanaan Kryana Pati Pasung.


4. Grigis dan Kebo Iwa. Cukupkan dahulu sekian. Dilanjutkan Iagi ceritanya. Konon, Mpu Kamareka sudah cukup dewasa anaknya, sang Jaya Kayu Ireng, beristri dengan saudara sepupunya


b. 1. Ni Kay u Ireng, baru satu keturunan. Dan sang Jaya Ireng, kemudian melaksanakan upacara penyucian Apodgala seperti bapaknya, sebab asaI mula menjadi Bujangga di Bali. Seperti Bhatara terdah ulu, diupacara oleh Bapakanda. Juga berganti

2. namanya, sekarang bermama Mpu Gnijaya Mahireng . Demikian diceritakan. Kemudian Mpu Kamareka, mereka berputra tiga orang, laki-Iaki tampan rupanya, diberi nama Sang Made Celagi,


3. sang Nyoman Tarunyan, sang Ketut Kayu Selem. Kemudian mereka bersama-sama menjadi Bujangga, diupacarai oleh Bapaknya. Setelah melakukan upacara apodgala sang Mpu Celagi diberi nama Mpu Kaywan. Yang lebih keeil diberi nama


4. Mpu Nyoman Tarunya; yang paling kecil dinamakan Mpu Badengan. Tidak ada yang tercela. Mereka bersama-sama melaksanakan pengabdian. Kemudian Mpu Kaywan, pindah dari ceruk pertapaaan, bersemadi di


49a. 1. Panarajon bersthana di Balingkang; yang lain, yailu Mpu Tarunyan mencari tempat lain, bersemedi di muka GWlung Tulukbyu, bernama Blong. Sejak itu asal mulanya desa, yang disebut Tarunyan.


2. Karena itu berganti nama, diberi nama Tarunyan. Dan Mpu Gnijaya Mahireng bersama dengan Mpu Badengan, yang paling kecil tetap masih diam beryoga semadi di ceruk pertapaan


3. menyertai ayahnya. Kemudian, itulah dinamakan desa Songan, Demikian ceritanya dahulu, menurut cerita sang Dwijendra Sakti Wawu Rawuh kepada Sri Gelgel, pada Sri Gelgel pada wakro beribu kOla di Samplangan, bemama Tugu.