Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/97

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

86

arja punika sakadi jangane kirangan tasik. (MRS, hal. 2).
'arja itu bagaikan sayur kurang garam.'

sakadi teteh gunung manah Pan Laksmi. (MRS, hal. 7).
'ibarat ditindih gunung hati Pan Laksmi.'

sakadi madaging bias asangkop cangkem ipune. (MRS, hal. 7).
'bagaikan berisi pasir dua genggam mulutnya.'

sabeh mengentak-ngentak. (MRS, hal. 8).
' Hujan lebat sekali.'

b. "Mategul Tan Patali"

Jika berbicara tentang cerpen "Mategul Tan Patali", rasanya tidak jauh
berbeda dengan cerpen "Mategul Ring Rumah Sakit" karena dalam
pengungkapan ide dipakai dua ragam bahasa Bali, yaitu ragam bahasa halus atau
hormat dan ragam kasar atau lepas hormat. Ragam bahasa Bali halus yang
dipakai untuk menjabarkan narasinya dengan cukup mantap. Dengan kata
lain, pengarang telah dapat menempatkan undak-usuk bahasa Bali pada
proporsi yang sebenarnya. Keadaannya hampir sejajar dengan pemakaian
bahasa dalam cerpen "Matemu Ring Rumah Sakit"

Pada cerpen ini pengarang mengangkat juga gaya bahasa ipun sebagai
penanda persona ketiga. Ini dapat memberi petunjuk bahwa penjabaran
masalah dibiarkan pada para pelakunya untuk melukiskannya. Kedudukan
pengarang sudah jelas ialah hanya sebagai pengamat. Contoh mengenai
dipakainya gaya bahasa ipun 'dia' dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

Sabilang eling ring padem somah ipune, tan mari Luh Manik angembeng­-ngembeng yeh panon. Sedih ipune tan ja gigis, saantukan tresnan ipune
makakalih kadasarang antuk kayun sane suci... Luh Manik sebet
kalangan somah sane kalintang tresnain ipun. Sasampune ngigisang se­-
bet ipune, irika raris Luh Manik makayunan mlajah madagang. Raris
ipun matur ring matuan ipune luh muani.

Setiap ingat akan kematian suaminya, Luh Manik selalu berlinang air
mata. Sedihnya bukan main karena cintakeduanya berdasarkan hati
suci, ... Luh Manik sedih ditinggalkan oleh suaminya yang sangat
dicintainya. Sesudah mereka kesedihannya, kemudian ia belajar ber­-
jualan. Lalu ia memberitahukan mertuanya, laki dan perempuan.

Sama halnya dengan pengarang cerpen yang telah diutarakan di muka,
pengarang cerpen "Mategul Tan Patali" meramu pula gaya bahasanya
dengan satuan kata bahasa Indonesia, seperti tampak pada kata-kata pinter,
serius, cinta, janda kembang, ngerin, halo, selamat malam, apa kabar, gaya,
biru, kompres, keputusan, partikelir, maju, yang terhormat, pendaratan.