Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/87

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

76

Sunari, Lan Jani, dan Buah Sumagane Kuning-kuning. Dalam menyajikan ketiga novel hasil cipta sastra itu, pengarangnya tidak sama dalam memilih ragam bahasa Bali yang dijadikan media pengungkapannya. Di antaranya ada yang memiliki ragam bahasa Bali halus atau hormat, sedangkan yang lain menggunakan ragam kasar atau lepas hormat. Pengertian istilah kasar di sini bukan berarti kasar dengan konotasi tidak baik, melainkan bahasa Bali umum yang dipakai oleh orang kebanyakan. Begitu pula dalam pemakaian bahasa Bali halus itu bukan berarti seluruh cakapanya diutarakan dengan bahasa Bali halus, melainkan di sana-sini digunakan juga ragam kasar, yang disesuaikan dengan tuntutan jalan cerita.

Sebelum sampai pada uraian yang membandingkan gaya bahasa ketiga novel itu ada baiknya diketengahkan terlebih. dahulu gambaran gaya bahasa tiap-tiap novel itu untuk memudahkan memahami gaya bahasa hasil cipta sastra itu secara keseluruhan.

a. Novel Sunari

Penulisan novel ini dilakukan dengan ragam bahasa Bali halus, terutama dalam menjabarkan satuan peristiwa yang berhubungan dengan narasinya. Pengungkapannya adalah dengan ragam bahasa Bali halus dengan cukup lancar pada umumnya, penggambaran ide dituangkan dalam satuan kalimat keseimbangan antara pengungkapan narasi yang menggunakan ragam bahasa Bali halus dan satuan dialog yang diantarkan dengan ragam bahasa Bali kasar. Melalui dua ragam bahasa Bali itu, amanat dapat disampaikan secara komunikatif. Hal itu dapat dilihat pada aspek yang mencerminkan pemakaian ragam bahasa Bali baku walaupun di sana-sini ada terlihat gejala pemakaian ragam bahasa Bali nonbaku; akan tetapi, frekuensinya tidak begitu besar. Gejala seperti ini hanya dimaksudkan untuk lebih memantap­kan proses cakapan sehingga jaringan komunikasi dapat berlangsung secara timbal balik. Contoh sederhana yang dapat dikemukakan ialah, "... Pa, Me tiang latihan" 'Ayah, Ibu, saya latihan!' (Sunari, hal. 6)

Dalam memberi warna gaya bahasa novel Sunari itu pengarang ber­orientasi kepada dua sistem, di samping bersandarkan pada pemakaian ragam bahasa Bali baku dan ragam bahasa Bali nonbaku. Pertama, pengarang memberi warna gaya bahasa dengan merujuk para tokohnya. Untuk ini, pengarang mengindentifikasinya dengan diksi kosa kata ipun 'dia' sebagai penanda persona ketiga. Pemakaiannya dalam frekuensi cukup tinggi apabila dilihat dari proses cakapannya. Sebagai contoh, ... Men Sunari nenten nglanturang maIih sawireh ipun nenten tatas uning pula-palin anak