Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/84

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

73


yang diangkat ke dalam cerpen-cerpen Bali, khususnya yang melibatkan mitos ritual, kadang-kadang memang sukar diterima secara logis. Namun, dengan mempertimbangkan konvensi-konvensi budaya masyarakat Bali, serta latar belakang pendidikan si tokoh, akhirnya kita pun akan menerima­nya sebagai suatu kewajaran. Mitos sebagai cerita bukanlah sembarang cerita. Mitos adalah cerita tempat manusia menciptakan dan menyusun lambang-Ianbang (simbol) untuk dinilai dan dihayati. Oleh karena itu, mitos pun merupakan kisah perjuangan manusia dalam mencari 'tempatnya di tengah-tengah alam jasmani dan alam rohani. Bahkan dalam mitoslah kita dapat melihat sampai di mana suatu masyarakat telah dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah alam semesta ini, baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani (Saini, KML, 1981: 15).

Ni Luh Manik dalam cerpen " Mategul Tan Patali" , di samping naluri kewanitaannya, ia dipaksa harus percaya kepada mitos lewat anaknya yang tiba-tiba jatuh sakit sehingga si tokoh harus mengurungkan pernikahannya. Demikian pula halnya dengan kejutan adegan-adegan dalam cerpen "Togog" yang mengakibatkan kematian tokoh I Danta dan kedua orang tua Wayan Nerti dan Wayan Tamba ; itu tidak lain adalah suatu konvensi budaya Bali yang sampai kini masih dipercayai masyarakatnya.

Selain identitas pendidikan tokoh utama yang kurang jelas mendapat penyorotan ("Togog" dan "Mategul Tan Patali"), seluruh sifat dan sikap para tokoh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dapat diterima secara logis dan wajar adanya.

3.4 Latar Novel dan Cerpenn Sastra Bali Modern

Sebagai informasi yang memuat tentang tempat (di mana), waktu (kapan), dan dalam keadaan apa suatu cerpen sastra Bali modern ini sangat ditentukan oleh tema yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Artinya adalah bahwa usaha pengarang memanfaatkan latar itu bagi tercapainya tujuan pengarang nyata benar.

Jika dipandang dari segi tempat, pada dasarnya, novel dan cerpen sastra Bali modern itu menggunakan Bali sebagai latar. Baik secara tersurat maupun secara tersirat kita akan mudah memahami bahwa kisah-kisahnya terjadi di Bali dalam alam Bali. Penyebutan nama tempat, seperti Gua Lawah, Kusamba, dan Kertagosa dalam novel Sumari; Kedis, Les, Tejakula, dan Bondalem dalam novel Buah Sumagane Kuning-kuning menunjukkan bahwa kisah itu terjadi di Bali. Dalam cerpen yang dijadikan sampel juga kita temui nama-nama tempat yang ada di Bali sebagai latar cerita. Nama