Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/55

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

44

Beberapa hal yang tertera di atas telah dapat menunjukkan bahwa cerpen "Togog" dapat memberikan "sesuatu" kepada pembacanya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai suatu catatan, antara lain, yaitu perkelahian pada malam hari seperti tertera di atas. Di samping itu, juga perlu dibicarakan mengapa hal itu sampai terjadi padahal Wayan Tamba sudah biasa menginap di rumah Wayan Nerti dan ternyata Men Nerti sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Mengapa Men Nerti menaruh dendam kepada keluarga Wayan Tamba? Apakah karena Wayan Nerti "kawin lari" sehingga harga dirinya merasa diinjak-injak? Kalau itu merupakan sebab satu-satunya, maka alasan itu belum dapat diterima sesuai dengan adat Bali, "kawin lari" itu hal yang biasa, apalagi Wayan Timba sudah mengirimkan dua orang utusan kepada keluarga Wayan Nerti. Di samping itu, juga keluarga Wayan Tamba sudah membawa pejati, meskipun ditolak, ke rumah keluarga Wayan Nerti.

Kehadiran sepupu Wayan Nerti yang bernama I Danta bersifat tiba-tiba sehingga belum dapat diterima secara wajar. Bagaimana prosesnya sehingga I Danta memiliki ilmu hitam seperti itu sama sekali tidak diceritakan oleh pengarang. Hal yang sama juga terjadi terhadap Men Nerti dan Men Tamba. Apakah setiap orang Bali, lebih-Iebih yang sudah lanjut usia memiliki ilmu itu? Hal itu belum dapat dibuktikan.

Sedikit persamaan antara cerpen "Togog" dan "Mategul Tan Patali" telah dinyatakan di atas. Di bawah ini akan dicoba untuk membicarakan cerpen "Mategul Tan Patali" secara tersendiri.

3.2.6 Alur Cerpen "MateguI Tan Patali

Pengarang mengangkat kehidupan seorang janda muda dan cantik ke dalam sebuah karya sastra. Seperti juga nasib para janda lain, biasanya mereka selalu menjadi objek pembicaraan masyarakat. Mereka sangat mudah menjadi bahan ejekan apabila salah membawa diri dan sangat sukar mendapatkan pujian apabila berbuat baik. Luh Manik dapat menempatkan diri di masyarakat dan setia kepada keluarga terutama anaknya, tetapi masyarakat belum dapat menghormatinya, bahkan dugaan-dugaan yang sama sekali tidak beralasan dilemparkan kepadanya seperti terlibat pada kutipan di bawah ini.

Sing aja uli mendagang dogen ia nyidaang ngawe umah gede amonto. Amongkenke batin anake ngadep nasi? icang masih ngalamin dadi dagang. Kalingke bati anggo ngawe umah, anggon bian paon dogen keuangan. Yan sing mula ia ngadep kajegegan, ngadep kemikane manis,