Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/44

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

33


Atas permintaan Luh Rasmi sendiri, Men Rasmi akan di-aben-kan. Segala sesuatunya akan diurus sendiri oleh Luh Rasmi dengan dibantu oleh paman-pamannya.

Setelah selesai upacara pembakaran mayat Men Rasmi, mulailah lembaran hidup baru bagi Luh Rasmi. Ia menjadi sebatang kara di rumahnya.Seorang tetangganya selalu menemaninya, terutama pada malam harinya. Pada suatu ketika pengarang menampilkan peristiwa kekerasan dengan kedatangan I Wayan Sarka, seorang penjudi yang selalu kawin cerai. Pertengkaran yang terjadi menyebabkan tetangga-tetangga Luh Rasmi datang ke rumahnya untuk menyelesaikan peristiwa itu dan membawa Wayan Sarka ke kantor polisi.

Kepincangan yang terjadi di masyarakat dan nasihat yang diamanatkan oleh pengarang belum dapat mendukung keberhasilan karya sastra itu seperti terlihat dalam kutipan berikut ini.

"Ehh ... da ngendah-ngendah ka umah icange ... da cai ngaba keneh bu­ron." gedeg pesan basang Luh Rasrnine. Ia nuding-nuding pesu baninne, krana ngendah pesan tingkah Wayan Sarkane. Ia suba nawang kenken paundukan tingkah mamunyah. Mara Luh Rasmi nuding-nuding buka keto, Yan Sarka jag kedek-kedek duen, timpalne masih keto. (Lan Jani, hal. 25).

"Hai ... jangan bertingkah ke rumahku ... jangan engkau membawa sifat binatang," Luh Rasmi marah sekali. Ia menuding-nuding dengan bera­ninya sebab Wayan Sarka makin bertingkah. Ia sudah mengetahui sifat­-sifat manusia itu ... senang kawin cerai, penjudi, dan pembuk. (Lan Jani, hal. 25).

Pengaruh-pengaruh kesenian tradisional, seperti arja dan drama gong masih kelihatan. Hal itu dapat dilihat dengan adanya berbagai dialog yang menggunakan nada-nada yang keras, dalam arti lahir, yang disesuaikan dengan gerak-gerak anggota tubuh.

"Eee ... ngawag-awag nyai mamunyi, apa urusang nyai mai." "Bena mula ane ngurusang dini, bakal ngudiang cai", nantang pesan Ketut Latri, nuding-nuding Wayan Sarka. "Beh sajaan pesan gede nyet Latri kunyuk menenan ... , cang anak makeneh teken Luh Rasmi nyai dadi makita," nyeking Wayan Sarka maakin Ni Latri (Lan Jani, hal. 26).

" Hai ... ·.bicaramu sewenang-wenang, ada urusan apa engkau ke mari." "Akulah yang berkuasa di sini, engkau mau apa," Ketut Latri melawan menuding-nuding Wayan Sarka. " Wah terlalu berani engkau Latri," Wayan Sarka bertolak pinggang mendekati Ni Latri. (Lan Jani, hal. 26).