Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/37

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

26

yang lebih penting daripada itu ialah adanya keyakinan bahwa Tuhan Yang Mahakuasa yang telah menakdirkan mereka bertem pada saat-saat seperti itu. Keyakinan akan takdir Tuhan inilah sesungguhnya yang merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya.

3.1.6 Tema Cerpen "Togog"

Peneliti agak menemui kesukaran dalam menentukan tema cerpen "Togog". Pengalaman-pengalaman dan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama, Wayan Tamba, menyarankan kepada kita bahwa cerpen "Togog" bertemakan kepincangan-kepincangan sosial dalam masyarakat, khususnya yang dialami oleh seniman pemahat. Ketidakadilan terhadap dirinya dialami beberapa kali oleh Wayan Tamba ketika ia menjual hasil karyanya.

Dugaan bahwa cerpen "Togog" bertemakan kepincangan-kepincangan sosial ternyata tidak mendapat tempat dalam penyelesaian cerita. Pada akhir cerita kita dikejutkan oleh pertarungan mistik lewat ilmu gaib antara Men Tamba di pihak yang satu dengan Men Nerti dan I Danta pada pihak yang lain. Pertarungan itu berakhir dengan meninggalnya ketiga tokoh mistik itu.

Pada bagian akhir cerita pikiran kita menjadi ikut menerawang untuk merenungkan lamunan Wayan Tamba, yakni bahwa kalau tidak berusaha sendiri, kita tidak akan dapat hidup. Usaha dan perbuatan kitalah yang memberikan bentuk kepada hidup ini. Inti pikiran ini tersirat dalam kutipan berikut ini.

"yen sing makitipan, ngekeh cara siape sing bisa idup. Tuah laksana ane nyihnaang apa pindan idupe nenenan. Makejang nrawang di kenehne, krana mani puane lantang ..." ("Togog", 21).

Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan di atas, peneliti cenderung menyim­pulkan bahwa cerpen "Togog" ini mengandung tema tentang kepincangan sosial yang dialami oleh pemahat dalam perjuangan untuk hidup di masyara­katnya.

3.2 Alur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern

Telah banyak dikemukakan pendapat mengenai alur, baik dalam pembi­caraan khusus tentang teori sastra maupun pembicaraan sepintas dalamsebuah studi penelaahan sebuah karya sastra. Secara keseluruhan, masalah itu telah didokumentasikan oleh Made Sukada dalam dua buah bukunya, yaitu Masalah Sistematisasi Analisis Cipta Sastra (1973) dan Ketika Kentongan Dipukul di Bale Banjar (1975). Sesuai dengan landasan teori