Kaca:Geguritan Pan Bungkling.pdf/39

Saking Wikisource
Kaca puniki sampun kauji-wacén

210. 'O kamu utusan sekalian, pulanglah kembali, suruh rajamu menunggu, aku akan menantangnya, sekehendak rajamu', utusan itu lalu pulang, sete1ah sampai di tempat, rajanya masih dihadap, dan sudah dipersembahkannya, segala keadaan di halaman istana tadi.

28a. 211. Raja lalu menggeram, karena terlalu marahnya, kumisnya gemetar, keringatnya bercucuran, agar dirasakannya nanti, pagi-pagi buta diserang, jangan menundanya, jangan menghiraukan luka atau mati, bakar, tembaki dengan senapan.

212. Kamu Sura Dilaga, kerahkan rakyat semuanya, bersama Batu Sorot, usahakan besok melawannya, dan I Bagenda Ali, aturlah untuk menyerang, agar jangan diserang dari belakang, bila ada yang hidup, kejarlah, tak ada ruginya.

213. Segala yang diperintahkannya, mengiakan sambil menyembah, tidak diceritakan lagi, segala tingkah raja Mekah, sudah keluar dari penghadapan, kembali bercerita, tersebutlah Gusti Agung, setelah ditinggalkan, oleh utusan itu, lalu berkata.

214. "Kamu Wayahan Tuban, bagaimana pikiranmu sekarang, di mana tempat yang baik, untuk menghadangnya, rakyat yang ada di sini, dijaga di masing-masing penjuru, diam di luar benteng, akan disuruh mengurungnya, dari belakang, bersembunyi di hutan-hutan"

28b. 215. "Saya kira sangat benar, sebagai yang Tuanku kehendaki, itulah yang bernama perundingan, hamba akan mengaturnya sekarang ini, segera rakyat Gusti, agar jangan kacau" Gusti Wayahan Tuban berkata, sekian saja, lalu berkata, Pan Bungkling sambil menyembah.

216. "Saya kira Tuanku keliru, jika keluar menghadangnya, mengalahkan oleh api, saya kira tak akan mundur, karena musuh itu, banyak yang berkendaraan, gajah atau kuda, ada pula yang berkereta, karena itu, mereka cepat kejar mengejar.

217. Celananya panjang-panjang, sampai di ujung kaki, sebaiknya dibuatkan agar mereka kesukaran, agar dapat mengurungnya,


                                                                 39