Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/95

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

91


20. Setelah menciptakan raksasa tidak berhasil, kembali pada api maya, kalah oleh santa, sang raja kemudian membentangkan, panah beliau yang hebat Bujaga-pasa, setelah dilepaskan menakutkan.

21. Mulutnya menganga bagaikan gua, I Mladprana tersingkir, waspadalah I Mladprana, oleh karena raksasa kalah, sembari melepaskan panah, Winata-astra, keluarlah garuda yang sakti.

22. Dan Bujangga-pasa itu dimakan, baga habis garuda kembali, sang raja terkejut, kemudian melepaskan senjata tombak, I Mladprana menanggal kembali, dengan tulak tala, tumbak itu terpenggal.

23. Sang Nirnaya melihat tombak terpenggal, lalu sekarang mengambil, melepas panah sapu, I Mladprana melepaskan, bayu-bajra, yang amat dahsyat, panah sapunya habis, tergeletak berserakan.

24. I Mladprana mengambil panah Arda-candra, sang raja dibidik, setelah dilepas, kena hulu hati sang raja, darahnya muncrat bagaikan hujan, darah beliau menjadi, raksasa yaksa beberapa ratus ribu.

25. Kepalanya bagaikan Kalarau menganga, wajahnya menakutkan, terbang ke angkasa, mengejar I Mladprana, raksasa mayanya pada menjerit, gelap seperti mendung, taringnya bagai kilat.

26. I Mladprana seperti matahari bersinar, hingga bingar tiada takut, sambil mencipta, sari dari api maya, setelah keluar lalu dilepaskan, api melayang-layang, berkobar bersinar menakutkan.

27. Terasa bentangan langit penuh sampai ke bumi, oleh inti dari api siluman, membakar banyak raksasa, seperti raksasa Mastika itu, segera terbakar, matilah sang raja, serta mayatnya hangus.

28. Tidak diceritakan I Mladprana setelah berperang, sekarang rakyat Pratana, sisa-sisa yang mati, semua takut lari ke hutan, ada tunduk minta hidup, pada I Mladprana, berkumpul di Begari.


LVII. PUH SINOM


1. Diceritakan I Mladprana, mendekati Jangga Ketaki, di sana di tepi hutan, dilihat sedang duduk, diikuti pelayan, asyik pada menunggu, di bawah pohon beringin, takutnya bukan main, gelisah bingung, menuduh mereka yang berpetang.

2. Sekarang baru dilihat, I Mladprana mendatanginya, serta beriringan rakyat, sudah menyerah mohon ampun, rakyat Pratana mengiringi, Ni Ula-