Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/90

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

86


6. I Mladprana kemudian berkata, "Ya Adik, mengapa merajuk salah pe- ngertian, Adik kira bagaimana, makanya saya datang ke sini, sengaja mencari Adik, aku bertaruh nyawa untuk Adik, kalau ketahuan, direbut di sini, walaupun sampai mati, mati menyayangi Adik.

7. Lagi pula dari dulu tidak ada, yang Kakak sayangi, hanya Adik, sangat menyintai, merasa sebagai permata hati, tunduk menyerah diperintah, sekehendak saya menurut, tidak pernah terlupakan, walaupun banyak umpat, karena tidak bisa dihalangi, perasaan setia pada Adik.

8. Apa sebabnya hati saya demikian, ingat di kala bermesraan, tidak ada mamanduk, teringat menyakitkan hati, lagi pula bisa melakukan kese- tiaan, menurut tidak pernah menipu, ingat setia sekali, sesuka-sukanya akan dilakukan, seperti sekarang menimbulkan, perasaan cinta selalu pa- damu.

9. Bagaimana saya bisa melupakan Adik, hati cinta sampai mati, kalau gu- nung itu belum terbalik, lautan semuanya kering, bintang trenggana ber- jatuhan, rumput tinggi mencapai embun, jelas tidak bisa, saya berpisah pada Adik, Adik mengingatkan bagaimana kesetiaan saya dahulu,

10. Janganlah bersungguh-sungguh menyakiti saya, dengan alis ratu yang bagus, kalau jadi marah, sekarang saya mohon pamit, merusak rumah pernikahan, sebagai tanda setia selalu, supaya ketahuan, direbut di sini diikat, dibunuh menjadi korban, relalah ratu menolong."

11. Sang Ayu kemudian memberi tahu, "Aduh Tuan, mengapa sengaja pas- rah, bagaimana pikiranmu, mungkin mengira tidak bakti, mustahil saya tidak setia, belum habis kesetiaan saya, masih meraba-raba, merayu Ka- kak sangat besar, kalau tersinggung sebentar, karena menduga Kakak menipu,"

12. I Mladprana menjawab, "Kalau benar, Adik masih setia, ayo cepat ke- luar, meninggalkan desa ini." Jangga Ketaki menurut. I Mladprana ke- mudian berkata, kepada keempat pelayan, "Oh kamu semua, kalau ka- lian punya perasaan, setia pada Kakak si miskin.

13. Ayo kalian berempat ikut, bersama Kakak pulang, ya kalau kalian hen- dak bermusuhan, sekarang ke puri, sampaikan pada Sang Nata, supaya jelas lebur, bumi Pratana, nah kalau tidak selamat Kakak mati, nah di situ tolonglah, tutup dengan kain dan selimutmu."

14. Semua pelayan menjawab, "Oh Dewa, bukannya saya ingin bermusuh, saya bersedia menurut, menurut pada adik Tuan, berbakti pada Tuan, supaya ikut suka duka, hidup maupun mati, begitulah yang sebenar- nya." I Mladprana menyela berkata, "Kalau begitu bersiaplah kalian."