Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/82

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

78

15. Di sana memanggil-manggil, I Mladprana menjerit-jerit, "Ketut Oka, ke pinggirlah sebentar, hanya supaya Adik saya temui.

16. Saya rela, meninggalkan istri datang kemari, sengaja menemui Adik, Adik tidak mau pinggir, mendekat karena merasa sayang.

17. Adapun saya, tetap untuk menyatu, menyatukan persaudaraan, akan di- benci keluarga, tidak disukai Paman.

18. Tidak dirasakan, nasihat yang sebenarnya, hati saya gelap, setiap hari rencananya bingung, selalu menyebut-nyebut Adik.

19. Adik, ingatlah sedikit, kesetiaan saya yang dulu, walaupun sekarang Adik melupakan, relalah berbicara sebentar.”

20. Begitu, I Mladprana di sana mengigau, sampai siang, lautan terasa meng- asihi, karena waktunya sudah surut.

21. I Mladprana, cepat-cepat berjalan ke dalam, tidak menghiraukan lum- pur, ia kotor dan basah, diceritakan sampai di pulau kecil.

22. Sampai di sana, terheran melihat batu padas, dan berkata ngawur, "Ya Adik Jangga Ketaki, lihat saya menahan sakit.


L. PUH DANGDANG

1. Panas terbakas mengakibatkan Adik tidak terlihat, tidak ikhlas ke mana-mana, rasanya lebih baik di sini, kalau untung supaya berjumpa; Adik di, sini di pulau kecil, kalau Sang Hyang Titah tidak berkenan, su- paya saya mati di sini, mati mengharap-harap Adik, begitu selesai, ke- pingin teguh tidak menyerah, sengaja menyayangi Adik."

2. Begitu I Mladprana, tetap pada pendirian, dan ia bersila, menyatukan pikiran yang suci, menghapuskan pikiran yang kotor, menyatukan pikir- an dan kemauan, dan mematikan rasa, diikat oleh sarinya pikiran, me- nyembah Hyang Ludra, tidak diceritakan, I Mladprana di tengah pulau, diceritakan di Purbawyadnyana.

3. Ketika Alit Warsiki bangun baru duduk, melihat surat, kemudian di- ambil suratnya, selesai membaca meresap di hati, lihat cincin di keling- king, serta handuk benar hilang, dilihat juga ada pengganti, cincin serta selendang hijau, dan diambil, dipeluk dan ditangisi, merasa perih dan mencaci.

4. "Ya Kakak benar-benar terlalu teringat pada kesetiaan, yang disayangi bisa, sekarang menipu pergi, mengaku sayang tetapi bohong malu di