Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/81

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

77

ditarik oleh perasaan sayang, hatinya tidak ikhlas, bimbang ragu, hancur lebur, setiap langkah menoleh, air matanya bercucuran, bagaikan tercabut tanpa tenaga, dada sakit terasa pecah, dan kembali, mengambil kertas kemudian menulis, dengan hati hambar.

XLIX. PUH MAS KUMAMBANG

1. "Adik sayang, sekarang saya mohon pamit, mencari Ketut Oka, perginya secara diam-diam, agaknya seperti dicuri.

2. Karena itu saya, berusaha mencari kebenarannya, kalau saya ingatkan, sekarang berkata pada Adik, rasanya dia pergi tidak ikhlas.

3. Karenanya saya, sekarang berkata pada Adik, jangan salah paham, menduga saya tidak setia, karena pergi secara diam-diam.

4. Asal sudah jelas, tentang dia Ni Jangga Ketaki, saya akan kembali, ke sini menghadap Adik, janganlah Adik bersedih hati.

5. Perasaanku, menyayangi Adik berdua, bagaikan timbangan, tidak ada lebih berat, berani bertaruh dengan jiwa.

6. Itulah sebabnya, Ni Jangga Ketaki, suka diajak menderita, Adik karena dijodohkan orang tua, rupa sama, tingkah laku kesetiaan sama,

7. Sama-sama, disayangi, yang wangsanya tinggi, dan baktinya tinggi, berbakti pada suami.

8. Begitulah, kata-kata saya yang sebenarnya, janganlah salah sangka, saya mohon kenang-kenangan, sebagai tanda kesetiaan.

9. Kepunyaan Adik, cincin pendok yang di kelingking, selendang handuk Adik, sekarang saya minta, saya pakai pengganti Adik.

10. Ini saya, sekarang memberikan Adik, umpal sutra hijau, cincin saya di kelingking, cet wareg turun-temurun.

11. Anggaplah saya, sudah bersama-sama di sini, itu laksana saya, senang menasihati menyanding, mendampingi setiap hari siang malam."

12. Selesai menulis surat ditaruh, di dadanya Ni Warsiki, diambil handuknya, membukakan cincin yang di kelingkingnya, kemudian I Mladprana pergi.

13. Kepergiannya, ikhlas menuju laut, tidak diceritakan dalam perjalanan, sudah sampai di tepi pantai, melihat pulau kecil sekali.

14. Rasanya menyembunyikan Ni Jangga Ketaki, air menjaga, serasa ombaknya menahan, riaknya bagaikan bersorak.