Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/80

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

76

matanya berkedip-kedip, menyesal berulang-ulang menahan nafas, resah gelisah tidurnya, setiap memejamkan mata terkejut, lalu datang, Ni Alit Warsiki, mengunci pintu dan mendekatinya.

3. Serta sekarang tidur di samping I Mladprana, mengusap pipi, mengusap-usap punggungnya, membantali tangan memeluk, berkata suaranya halus, "Hiburlah hati Kakak, saya tidak menyalahkan perasaan Kakak, sudah dalam hati, dan saya, turut bersusah hati, rasa malu ditinggalkan.

4. Itulah sebabnya saya mengingatkan dengan keras, berkata memperingatkan sekarang pada Kakak, kalau bisa bunuhlah saya terlebih dahulu, supaya tidak mewariskan sakit hati, keinginan saya pada Kakak, karena Kakak terlalu ikhlas meninggalkan, karenanya, biarkanlah saya mati terlebih dahulu, mati setia pada Kakak."

5. I Mladprana menyela menjawab dan berkata, "Oh Adik permata hati, janganlah merasa khawatir, di mana ada Adik dengar, kumbang tidak menginginkan bunga, membuang bunga yang sedang mekar, mencintai yang sudah layu, pikirkanlah supaya jelas, kalau bersama Adik, memang didasarkan oleh kehendak orang tua, menyatukan persaudaraan."

6. Begitulah Ni Warsiki dimanishati, serta langsung melakukan pertemuan asmara, karena tumben diliputi perasaan cinta, Ni Warsiki lemas sekali, kemudian tertidur nyenyak, berbantal tangan berpelukan, berbelit bertindih paha, I Mladparna, berpura-pura lesu bermaksud mengintip, tidurnya Ni Warsiki.

7. Sekarang sudah lewat tengah malam, I Mladparna bangun pelan-pelan, hatinya sangat bingung, mendapat cinta kasih bagaikan dibangunkan, ingat pada Jangga Ketaki, bisa menyatukan cinta, melupakan segalanya kalau menyatu, menghapuskan perasaan baik, tidak setia, pada sanak keluarga, serta nasihat orang tua.

8. Pikirannya buyar kalau sekarang pergi, jelas dibenci, oleh teman dan keluarga kalau langsung menentang, tidak tahu menghargakan cinta, bingung sendiri sedih cinta dan setia, cinta yang tidak menentu, sebab pergi tidak diketahui, di mana cari, cari supaya dapat diajak berbicara, supaya tahu yang sebenarnya.

9. Kalau sekarang sampai hati meninggalkan orang yang tertinggal, jelas dapat diterka, sangatlah sakit hatinya, begitulah I Mladprana bingung, termenung bingung tidak sampai hati, lagi mendekati Ni Warsiki, ditangisi dan diciumi, setelah merayu Ni Warsiki, bagaikan terpukul, hatinya teringat, pada Ketut Oka.

10. Kemudian bangun mendadak bersiap akan meninggalkan pelan-pelan.