Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/73

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

69

XLIII. PUH DURMA

1. Tersebut Dewa tanpa badan tanpa bentuk, adapun bentuk beliau, sepersembilan dari panjang tubuhnya, menjadi bumi, mata kiri beliau menjadi bulan, mata kanannya menjadi matahari.

2. Ujung matanya itu menjadi bintang, kedip matanya menjadi bintang trenggana, tenaga beliau menjadi angin, keringat beliau menjadi tetes-tetes embun dari langit.

3. Kedipannya menjadi asap dalam badannya, mengeluarkan mendung, kepala beliau menjadi pusat bumi, ketidurannya menjadikan petang, menjadi siang, bangunnya itu.

4. Lidah beliau menjadi manusia, pangkal lidahnya menjadi gerigi, jantungnya menjadi ilmu dan angkara, hatinya menjadi api, perut beliau menjadi neraka.

5. Lagi pula ada kama pat misalnya, warna ungu merah hitam putih, warna ungu menjadi orang kasim, yang putih menjadi laki-laki, yang merah menjadi wanita, kama yang hitam, menjadi manusia mulia.

6. Adapun yang dinamai kama putih, beliau adalah Sang Hyang Suryakanta, kama yang hitam itu, bernama Sang Hyang Laler-manga, kama berwarna ungu Sang Hyang Grahakanta, yang merah Sang Hyang Candrakanti."

7. Belum selesai pendeta bercerita, tiba-tiba datanglah Dukuh Sakti, bertemu di jalan, dan berkata dengan marah, "Ini pendeta yang menghidupkan I Mladprana, karena hidup ia bisa pulang.

8. Sungguh pendeta berani menyabung nyawa, waspadalah terhadap jiwa pendeta, pasti akan meninggal , karena berdosa terlalu berani, tidak takut pada Ni Dukuh Sakti, tidak ada menyamai, sangat menakutkan di dunia ini."

9. Sang Pendeta melihat Ni Dukuh marah, sedikitpun tidak merasa takut, dan berkata dengan pelan, "Ya kau sakti dan pemarah, sungguh Bapak tidak takut, oleh karena ada contoh, Desa Siwa ingin berbuat jahat.

10. Bersedia membunuh orang tanpa dosa, kini ia mengganti kakinya, diganti dengan kaki kuda, lalu beliau dinobatkan, sebagai Sang Hyang Aswa-pada, oleh karena beliau menyembunyikan, dinamakan Sang Hyang Lenging .