Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/72

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

68

5. Sengaja akan membunuh, Ketut Oka Warsiki, Kawitweruh Wakparusa, supaya semua mati, kalau sudah mati keempatnya, baru kemudian, menghabiskan sanak keluarganya.

6. Karena marah, kemudian ia berangkat, ke desa Jenggalatresna, sampai di sana ditemukan kosong, Kawitweruh Wakparusa, tidak masih, sampai mayatnya juga hilang.

7. Sekarang Ni Dukuh langsung, menuju Purbawyadnyana, mencari keempat orang itu, di sana tidak ditemukan, di rumah I Mladprana, dan langsung, Ni Dukuh berkeliling menanyakan.

8. Tidak diceritakan Ni Dukuh Sakti, sekarang diceritakan Ni Warsiki sengaja ingin melihat, memperhatikan yang mati, pelan-pelan berjalan ke sana, dan dilihat, I Mladprana bangun dan duduk.

9. Kemudian dia kembali, sangat senang, nafasnya turun naik, bergegas jalannya cepat, sampai di sana kemudian berkata, semua diceritakan, kejadian yang baru.

10. Yang diceritai semuanya gembira, semuanya tergesa-gesa mendekat, pendeta sudah bangun, dan berkata pada I Mladprana, karena hidup, dan dianugrahi.

11. I Mladprana kemudian menyembah, berkata pada Sang Mayati , "Ya Tuan junjungan saya, benar-benar tulus sekali anugrah Tuan, menolong memberi kehidupan, disertai pikiran yang utama.

12. Saya berutang amat besar, apa yang saya pakai membayar, ini kami semuanya, dipersembahkan pada Tuan, walaupun seribu kali menjelma, supaya tetap, saya menghamba."

13. Kawitweruh dan Wakparusa, menyela berkata pada Sang Yati, "Hanya saya mohon, supaya Tuan rela, menjaga juga pekerjaan kami, marilah sekarang, pulang ke Purbawyadnyana.

14. Bila pernikahan sudah selesai, kami akan mengiringkan, pendeta pulang ke hutan." Ida Sang Sri Empu menjawab halus, "Ya Ayah tidak menolak, ayo pulang, sekarang ke Purbawyadnyana."

15. Kemudian berjalan, I Mladprana juga menurut, Warsiki Ketut Oka, Sang Yati dituntun, oleh I Wakparusa, serta I Kawitweruh.

16. Jalannya agak lamban, kemudian Wakparusa berkata, "Ya Tuan junjungan saya, cobalah ceritakan ajaran-ajaran, pakai menyelingi masa kantuk, mengenai asal terjadinya dunia." Pendeta kemudian berkata.

17. "Wah benar Wakparusa, pakai selingan saat di jalan, menghibur rasa kantuk, melek semalam. Nah sekarang dengarkanlah, ceritaku, mengenai keadaan dunia ini.