Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/70

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

66

XLI. PUH SINOM

1. Sang Mayati berkata, "Kamu dari mana datang kemari." Wakparusa berkata pelan, "'Ya Tuan Sang Mayati, saya sahaya Sang Yati, nama saya Wakparusa, disuruh menghadap pendeta, oleh Ni Jangga Ketaki, supaya terus kerelaan Tuan pendeta.

2. Serta menyampaikan seluruh kejadian, sebabnya I Mladprana mati, dan berkata supaya Tuan sekarang! melihat." Pendeta kemudian berkata, "Ya mari sekarang pulang." Kemudian segera berjalan, tidak diceritakan dalam perjalanan, sudah tiba, di Janggalatresna.

3. Kemudian beliau berkata, "Oh kamu Jangga Ketaki, bangunlah kamu Bapak datang." Ketut Oka dan Warsiki , baru sadar lalu bangun, melihat Sri Empu datang, serta berkata diiringi sembah, keduanya memeluk kaki, "Duh sang Wiku, benar-benar bagaikan air hidup.

4. Hati saya gelap gulita, Pendeta bagaikan bulan purnama menyinari saya, saya bagaikan pohon kayu yang kering, panas disinari matahari, Sang Yati bagaikan hujan, meneduhkan hati saya, saya bagaikan orang sakit, hanya Tuan sebagai Hyang Kasiapa.

5. Lanjutkanlah kerelaan pada saya, supaya dia dapat hidup kembali, sahaya pendeta, matinya karena tidak wajar, kematiannya karena ilmu hitam, salahnya mencintai saya orang miskin, itulah yang saya malukan, panas menusuk ranting hati, kembali hidup, sudah melarat bersama saya."

6. Pendeta berkata pelan, " Bagaimana caranya sekarang menghidupkan, beginilah hakikatnya Nak, sebabnya manusia itu hidup, ada dua Sang Hyana Atma itu Nak, begitulah ajarannya, ketiga Sang Hyang Pramana, keempat Sang Hyang Manon, kalau hal itu salah satu pergi.

7. Menyebabkan kesusahan kesakitan, kalau atma-nya meninggalkan manusia, akan menjadi sakit, kalau pramana meninggal, manusia itu menjadi pingsan, kalau Hyang Manon tidak tinggal, menjadi butalah manusia itu, bila Sang Hyang yang menunggu hidup ini, meninggal pergi dari sana, matilah orang itu.

8. Ya karena Bapak sayang sekali, sekarang cobalah caranya, di kuburan memohon, pada Hyang Praja-pati, marilah sekarang ke sana Nak, beserta mayatnya bawa ke sana." Jangga Ketaki menurut, "Ya Bapak berdua, mari usung, mayatnya bawa ke kuburan.

9. Kawitweruh Wakparusa, menjawab agak gemetar, "Mau dibagaimanakan maya tnya." kemudian Ni Warsiki bertolak pinggang, "Mari kita se-