Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/69

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

65

9. Dan menghunus medang lantas baru ingin membunuh diri, I Kawitweruh mengambil, dengan cepat merebut pedang, Ni Warsiki rebah berguling-guling, hati resah kemudian pingsan, I Kawitweruh, memukul paha, "Rugi sekarang, menantu mati, anak mati." Dia bengong memeluk lutut.

10. Sekarang Ketut Oka sadar, tetapi masih hampa, badannya merasa lemas, lebih payah selesai tidur, kata-katanya manja bersuara merdu, tersendat-sendat terputus-putus, dengan merayu-rayu, tersendat pendek-pendek, "Ya Tuan yang rela, rela meninggalkan, meninggalkan saya orang bingung.

11. Bingung diam menangis dan menyesal, resah pingsan karena sedih, memang dibuat supaya gila, tidak sedikit menyakiti, supaya mengharap kosong, mencaci berkata-kata cabul tidak karuan, karena jelas hatinya, cinta sejati menyatu, takut berpisah rela ke hutan, juga sekarang menemukan kehancuran.

12. Malang sekarang suami meninggal mati, disebabkan karena dosa bercinta kasih, sekarang saya masih hidup, pasti akan sedih, hati bingung pikiran bimbang, mengendap kosong tidak menentu, tidak dapat dilupakan, ingat pada peristiwa dahulu, karena sudah bersama menderita, bersama menderita dengan saya.

13. Banyaklah yang tidak bisa dilupakan, karena Tuan sangat penurut, semua prilakunya pantas, bagaikan hutan_dengan isinya, saling menjaga, nah kalau sekarang Tuan terus meninggalkan mati, saya menjadi apa di sini, hidup malu lebih baik mati, tidak berharga tidak berguna.

14. Karenanya sekarang saya mohon pada Tuan, seperti pada Sang Hyang Tuduh, supaya saya cepat mati, supaya berhenti sakit hati, saya tidak mampu Tuan, seumur hidup menemukan sengsara, sedih tidak enak makan, menyebabkan orang benci melihat, melihat saya orang hina, nista miskin sekali.

15. Siapa yang disuruh dan sudi menerima, nah dari sudut mananya bisa dipercaya, orang malas bodoh bandel, miskin tidak berharga, congkak bohong penipu, bohongnya bukan main, menderita sekali, tidak berguna tidak sempurna, bertingkah laku tidak ingat pada siapa-siapa, siapa orang yang percaya."

16. Begitulah Ni Jangga Ketaki mengigau marah, mengamuk tidak menentu, gentar semua diraba, menggelinding kemudian menangis, berhenti menangis kemudian pingsan, tidak diceritakan orang pingsan itu, sekarang diceritakan Wakparusa sudah sampai di pertapaan, menghadap pada Maha Empu.