Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/58

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

54

17. "Anda yang cantik molek, putih mulus bersih, lemah lembut menggairahkan, berbadan semampai pandangan sebagai tunjung biru, mengalahkan penglihatan kijang, lemah gemulai mengalahkan daun hijau.

18. Apa yang diperlukan datang malam hari." Ketiganya menjawab, "Adapun kami datang ke sini, diutus untuk membunuh Tuan, oleh I Dukuh, tetapi saya tidak dapat membunuhnya, dihalangi oleh perasaan kasihan, apalagi akan membunuh, meninggalkan pulang saja tidak rela.

XXXIII. PUH SINOM

1. Dan sudah kami rasakan, kesalahan Tuan sedikit, kebenarannya banyak sekali, karena dikasihi Tuhan, sadu sidi sada dijunjung, segala jenis musuh menjadi hancur, musuh yang galak hancur, datang menambah sahabat, ke sini menyerah, seperti Pancapuspa.

2. Ia tidak mempunyai perasaan malu, tidak sedih saudaranya mati, serakah sengaja bersenang-senang, tidak berbakti kepada guru, merasa akan menemukan kebahagiaan, kalau dia Tuan terirna, jelas saya pikir ini menurut Tuan, umpamakan bagaikan si buta meraba gajah.

3. Karena berdasarkan dorongan, membunuh I Dukuh Sakti, sulit akan berhasil, kalau saya umpamakan Tuan, menghitung bintang di langit, menghancurkan batu segunung, meluruskan sungai dari ujungnya, memandang matahari menimbuni lautan, mengeringkan danau, menjangkau langit memikul gajah.

4. Karena itu sekarang lebih baik, Ni Dukuh pakai sahabat, biarkanlah saya memberitahukan, jelas Tuan diterirna, kalau Tuan sudah menurut, pada Jero Dukuh, I Rudita saya membunuh, janganlah Tuan mengikuti, jelas mati oleh kami bertiga.

5. Tuan menjadi puwana, tenang mengemban istri, tidak ada yang menggoda, musuh kalah istri bakti, saya berbakti dengan tulus hati, kalau sekarang Tuan menolak, jelas akan mati, memerangi Ni Dukuh Sakti, saktinya luar biasa, akhirnya Tuan mati.

6. Apa yang dapat saya lakukan, ingin mencintai Tuan, Tuan meninggalkan mati, iklas tidak mengingat istri, Ketut Oka dan Warsiki, setia bakti dengan tulus ikhlas, tidak kasihan kalau keduanya direbut olehnya, I Rudita yang memakai istri .

7. Kalau itu tidak diusahakan, karenanya sekarang resapkan." I Mladprana tidak berkata, membuang muka mengalihkan perhatian, I Pancapuspa menjawab. "Oh kalian bertiga, mengatakan menyenangi, di perguruan akan melawan, bodoh sekali, tidak tahu malu.