Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/57

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

53


8. Begitulah kata-katanya memelas, disela oleh Wakparusa, mengigau kata-katanya tidak keruan, "Jambak rambutnya pukul kepalanya, supaya pecah menjadi tiga, sergap kakinya banting, pukul pinggangnya supaya patah," begitulah igauannya. Yang mendengar igauannya lari pontang-panting.

9. Menoleh kanan kiri nafasnya terengah-engah, berhenti mengumpulkan semangat, teguhkan hati yang goyah, goyah sengaja untuk memaksa, lanjutkan pusatkan, kemudian secara tiba-tiba mereka menghilang, setelah jauh mereka duduk, tetapi masih tertarik ingin kembali.

10. Hatinya diliputi oleh perasaan bingung, tidak menghitung di kemudian hari, kalau menuruti kesenangan sekarang, kemalangan yang ditemukan, menerima malu mencari hidung, yang ditemukan hanya malu, begitulah bulat hatinya, senang pada I Mladprana, kemudian dengan lesu mereka berubah wujud.

11. Sesirep I Mladprana dicabut, kemudian menyiapkan seluruh ilmu pengasih yang hebat, pamuter dan pangenduh, serta inti sari dari nematuh, dengan penangkeb jagat, selesai ketiganya berubah wujud, kemudian Sungsangjenar berkata, "Ayo kembali pulang.

12. Jangan menuruti hati yang bingung, ke sana merayu, seandainya tidak diterima, betapa perasaan malu yang didapat, cukup mendapat malu, sudah dua kali mendapat malu." Nilapaksa menurut, demikian pula Ni Swetagana, mereka kembali pulang.

13. Jalannya pelan halus, karena tidak ikhlas, setiap langkah menoleh, rasanya seperti I Mladprana mengikuti, menyebabkan hati resah. Jalannya ngawur, Nilapaksa tersandung, ia terkejut sambil berkata, "Aduh I Mladprana datang."

14. Swetagana kemudian menjawab , "Kamu Sungsangjenar, kalau sekarang jadi pulang, pasti akan mendapat celaka, mati tidak keruan karena sakit hati, ayo lebih baik kita lanjutkan. " Ni Sungsangjenar berpikir, "Saya setuju tidak menolak. " Kemudian turun kembali.

15. Diceritakan perjalanan mereka bertiga, sekarang diceritakan I Mladprana sudan bangun, bulan menyinari kuning langsat, bertambah berkilauan harum, kemudian ia berkata, "Oh kamu bertiga, dan Bapak berdua. semua tidur nyenyak."

16. Kemudian digoyang dibangunkan, mereka bangun berkedip-kedip, kemudian I Mladprana menoleh, dilihatnya di belakang, ada wanita baru datang, jalapnya lemah gemulai, bagaikan Surapsari, kemudian ia mendekat, mendekat menanyai.