Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/55

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

51

8. Raktakuja Sugandi menjawab, "Ya, saya dari Suradwipa, utusan Dukuh yang sakti, supaya membunuh Tuan, saya benci ingin nesti Tuan, sebelum saya melihat Tuan, saya galak dan bersedia, setelah saya melihat Tuan, hati saya berbalik, menjadi bingung karena asmara, sudah berkeinginan untuk menghamba.

9. Tak sadar diri kena gerak kening Tuan, bagaikan panah, oleh tajamnya kening Tuan, melukai dan melekat di hati, gelap mata hingga bingung, bagaikan kena kilat, terkena lirikan mata Tuan, keinginan saya bagaikan dicabut, pandangan Tuan tajam, menyebabkan, menggiurkan sehingga ingin mencicipi, bibir manis memerah.

10. Begitulah keinginan saya benar-benar kepada Tuan, janganlah Tuan menyangka, saya menggoda, karena memang berdasarkan kehendak hati, kemauan yang tidak bisa ditahan, ditahan semakin menjadi-jadi, berkeinginan bertemu dengan Tuan, Tuan yang saya cintai, janganlah menolak walaupun tidak ada keinginan, paksalah sekali saja.

11. Berhentilah merenggut berwajah masam, hati saya bingung, saya terlalu berani memohon, memohon supaya dipenuhi, terimalah dan berilah, mau dengan saya orang yang bermuka tebal, tidak malu datang ke sini mendesak, mendesak supaya rela, menerima, saya orang miskin, tidak berharga tanpa budi pekerti.

12. Memburu Tuan ke sini tanpa perhitungan, karena sakit hati, sengaja bermaksud meladeni, menyerah kalau memang diterima, Tuan terimalah bakti saya, saya sanggup pada Tuan, apa yang Tuan perintahkan, saya tidak menolak, sengaja menentang, pada Ni Dukuh Sakti, perintahkanlah saya memimpin.

13. Lihatlah di sana kalau saya takut mempertaruhkan nyawa, penggallah leher saya, potong-potonglah saya disiap-siapkan untuk caru, sebagai tanda mengaku bakti, begitulah kata-kata saya, kalau saya ingkar pada kata-kata, supaya disalahkan Tuhan nanti, walaupun ratusan ribu kali menjelma, supaya Tuan memperhamba."

14.Begitulah kata-katanya menyembah dan ditanggapi, oleh I Mladprana, "Kakak menerimna kerelaanmu, tetapi jangan menipu, dengan cara diam-diam, hati-hati kalau menipu sahabat, seperti Sang Hyang Indra, menipu Sang Detia di Wreta, nerakalah ditemukan, menyebabkan menderita seribu tahun, karena terkena brahmatia.

15. Ada lagi cerita pada Tantri I Kedis Baka, menipu sahabat, mendapat bahaya sampai mati, kamu supaya jangan demikian, karena itu Kakak mengingatkan, karena banyak menyebabkan mabuk, karena remaja